REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih tim tinju Indonesia untuk Asian Games 2018 Adi Swandana menilai kegagalan tim Indonesia disebabkan kurangnya persiapan atlet. Adi merasa pengalaman petinju asuhannya kurang matang karena sulit mendapatkan mitra tanding yang kaulitasnya lebih baik. Sehingga, tim tinju Indonesia sulit menentukan tolok ukur kualitas petinju yang ada.
"Yang paling utama kita kurang try out, pertandingan, dan uji tanding. Ini PR kita ke depan," kata Adi, kepada Republika.co.id, Selasa (4/9).
Indonesia hanya mendapat dua medai perunggu dari Uswatun Hasanah di nomor 60 kg putri dan Sunan Agung Amoragam di nomor bantam putra 56 kg. Selanjutnya, kata pemilik Adi Swandana Boxing Camp, tim tinju Indonesia akan menjalin kerja sama dengan pengelola tinju dari negara-negara ASEAN dan lainnya. Mereka ingin sering mengundang petinju dari luar negeri atau berkunjung ke negara lain untuk uji tanding. Supaya petinju Indonesia terus mengasah kulitas dan kemampuan dengan petinju hebat dari negara pesaing.
Selain itu, penyebab kegagalan Indonesia meraih emas dari cabor tinju menurut Adi karena infrastruktur yang kurang memadai. Untuk persiapan Asian Games kemarin, tim tinju Indonesia kerap latihan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Terakhir mereka latihan di Manado, Sulawesi Utara.
Adi menghendaki tim tinju nasional punya gedung permanen untuk latihan supaya bisa intens dan mudah mengakses lawan untuk sparing.
"Di mana-mana negara yang cabang tinjunya kuat, itu punya tempat latihan permanen. Kalau kami kemarin menyulap gedung serba guna yang ukurannya kecil," ujar Adi.