Rabu 05 Sep 2018 07:06 WIB

Kemuliaan Seorang Sadio Mane

Mane dikenal sebagai Muslim taat karena pengaruh ayahnya, seorang imam masjid.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Sadio Mane bersujud syukur setelah mencetak gol ke gawang Crystal Palace untuk Liverpool.
Foto: AP Photo/Kirsty Wigglesworth
Sadio Mane bersujud syukur setelah mencetak gol ke gawang Crystal Palace untuk Liverpool.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman dahulu, Rasulullah SAW pernah mengaggumi sosok wanita berkulit hitam bernama Ummu Mahjan. Itu terjadi manakala sang wanita menunjukkan rasa kecintaanya kepada agama Islam yang dibuktikan dengan apa pun yang bisa dilakukan semasa hidupnya.

Ummu Mahjan merupakan seorang pembersih masjid yang mendapatkan kemuliaan setelah kematiannya. Hal itu ia dapatkan ketika kegiatan setiap harinya adalah membersihkan sekeliling rumah Allah SWT. Sungguh mulia, dalam keterbatasan usia Ummu Mahjan tetap melakukan pekerjaan berat.

Sayang, hingga kepulangannya kepada sang pencipta tak banyak orang yang mempedulikan Ummu Mahjan. Sehingga suatu saat Rasulullah SAW mendatangi makamnya dan menegur para sahabat atas kejadian tersebut.

Sekilas cerita di atas menggambarkan kemuliaan seorang hamba kepada sang pencipta dari suatu perbuatan yang dianggap sepele. Jika perbuatan Ummu Mahjan luput dari sorotan orang di sekitar, kisah mulia yang tak kalah berbeda masih hangat di atas timeline masyarakat dunia saat ini.

Ya, di tengah popularitasnya yang sedang melambung bersama Liverpool, Sadio Mane, terekam kamera sedang membersihkan toilet dan area wudhu masjid di sekitar Merseyside. Gimick dan perilakunya ketika melakukan pekerjaan tersebut terasa menggambarkan kebahagiaan. Pesepak bola 26 tahun itu larut dalam suka cita dan tertawa bersama anak kecil yang berada di dalam toilet tersebut.

Tak banyak figur pesepak bola Muslim yang menunjukkan dirinya sebagai hamba yang taat. Sebagaimana legenda timnas Prancis Zinedine Zidane yang dilekatkan ke agama, meski yang bersangkutan mengaku tidak menjalankan syariat tersebut.

Tetapi, Mane merupakan pribadi yang hangat di atas lapangan pun di luar rumput hijau. Ia selalu menunjukkan kesetiaanya kepada sang pencipta dengan melakukan selebrasi sambil bersujud dan mengerjakan ibadah shalat lima waktu.

Pemain yang memilih nomor punggung 10 tersebut memang dikenal sebagai Muslim taat karena pengaruh ayahnya yang merupakan imam masjid di Bambali, Senegal. Ia bahkan secara tegas menolak mengonsumsi minuman beralkohol yang memang diharamkan oleh agama Islam. Di saat banyak pemain beragama Islam berusaha menyesuaikan diri dengan mengikuti budaya sekuler (Eropa), Mane secara tegas tetap memilih berpegang kepada keyakinannya.

"Saya tidak menyentuh alkohol. Agama merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya sangat menghormati aturan-aturan Islam dan saya juga selalu shalat lima waktu," ucap Mane sebagaimana dikutip Daily Mail beberapa waktu lalu.

Kultur Islam begitu mengakar dalam diri Mane. Maklum di samping putra seorang imam masjid, tempat kelahirnnya lebih didominasi oleh masyarakat Muslim. Memilih bergabung dengan kesebelasan Merseydie Merah dinilai tepat. Ini mengingat kota pelabuhan dengan iklim yang hangat dan rekan setim sesama Muslim, Mohamed Salah, membuatnya tidak perlu bersusah payah masuk dalam gaya hidup mewah seperti di pusat Kota London.

Faktor lingkungan dengan tekanan yang lebih kecil setidaknya bisa membuat Mane tetap membumi dan menjadi pribadi yang sama seperti sebelumnya. Meski zaman sudah berubah dan modern, sehingga masjid-masjid membutuhkan pengurusnya.

Namun, membersihkan masjid tentu saja bukan monopoli para pengurus. Selama mempunyai niat yang mantap, siapa pun, punya peluang yang sama seperti apa yang dilakukan Mane untuk mempersiapkan bangunan menuju surga, yakni dengan membersihkan masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement