Selasa 25 Sep 2018 18:51 WIB

Pengamat: Penyelenggara Sepak Bola Indonesia tak Profesional

Rivalitas antara Persija Jakarta dan Persib Bandung bukanlah sesuatu yang baru

Rep: Bayu Adji P/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirila di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirila di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Rayana Djakasurya menilai, kejadian tewasnya suporter Persija Jakarta saat laga melawan Persib Bandung merupakan buntut minimnya profesionalitas penyelenggara sepak bola Indonesia. Menurut dia, penyelenggara tidak sigap dalam melihat potensi masalah sepak bola Indonesia.

Ia mengatakan, rivalitas antara Persija Jakarta dan Persib Bandung bukanlah sesuatu yang baru. Seharusnya, panitia penyelenggara bisa mengantisipasi kejadian itu dengan menggelar pertadingan di tempat netral.

"Sudah tahu ada sinyal ketika Persib melawan Arema, ada pemain berdarah jidatnya. Itu menunjukkan penyelenggara tidak memiliki keorganisasian yang baik," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (25/9).

Sebelumnya, lanjut dia, ada juga kejadian pelemparan botol dari Bobotoh ketika Persib melawan Arema. Hal itu, kata dia, ditindaklanjuti serius oleh Komisi Disiplin (Komdis).

 

Harusnya, kata dia, kedua tim itu tidak boleh lagi menyelenggarakan pertandingan di kandang. Dengan begitu, akan memberikan pendidikan kepada suporter.

"Komisi Disiplin (Komdis) tidak punya kekuatan kelihatannya. Kerjanya Komdis harusnya memantau dan memberi sanksi," kata dia.

Ia mengungkapkan, sebelumnya panitia menggelar laga antara Persib dan Persija pada hari Selasa. Namun, laga dimajukan menjadi Ahad (23/9) demi mendapat pemasukan yang lebih banyak dari penonton.

"Saya dengar cerita, tadinya pertandingan itu akan diselenggarakan pada hari Selasa, tapi kalau hari Selasa penontonnya akan kurang," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement