REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Jerman terpilih sebagai tuan rumah Piala Eropa 2024. Jerman mengalahkan Turki lewat pemungutan suara oleh Komite Eksekutif UEFA pada Kamis (27/9) waktu setempat.
Kedua negara melakukan presentasi terakhir sebelum pemungutan suara berlangsung di Nyon, Swiss. Hasil keputusan tersebut berarti, Jerman akan menggelar Kejuaraan Eropa untuk pertama kalinya sebagai negara kesatuan, setelah Jerman Barat menjadi tuan rumah turnamen pada 1988.
Turki belum pernah menjadi tuan rumah turnamen utama sepak bola internasional. Upaya sebelumnya untuk menjadi tuan rumah Piala Eropa 2008, 2012, dan 2016 kandas. Turki juga gagal mengambil hak penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 2020.
Piala Eropa 2024 akan kembali ke format single-host atau di satu negara, setelah Piala Eropa 2020 diadakan di sejumlah negara Eropa, termasuk Jerman.
Sebelum mengumumkan pemenangnya, Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengatakan, Jerman dan Turki telah membuat presentasi yang sangat kuat. Setelah mengumumkan pemenangnya ia mengatakan bahwa prosedur pemilihan tuan rumah Piala Eropa 2024 berlangsung transparan.
"Prosedurnya transparan. Pemungutan suara itu demokratis. Setiap keputusan demokratis adalah keputusan yang tepat sehingga saya hanya bisa mengatakan, saya menantikan untuk melihat Piala Eropa yang fantastis pada 2024," kata Ceferin, dikutip dari BBC, Kamis (27/9).
Akan ada 24 tim yang bertanding di Piala Eropa 2024. Laga dimulai pada Juni dan Juli, dengan 51 pertandingan yang dijadwalkan dalam 32 hari. Berlin ditunjuk sebagai penyelenggara partai final. Sementara pertandingan lainnya juga akan berlangsung di Cologne, Dortmund, Duesseldorf, Frankfurt, Gelsenkirchen, Hamburg, Leipzig, Muenchen, dan Stuttgart.
"Kami memiliki stadion yang luar biasa, penggemar yang menyukai sepak bola, pertama dan terutama kami memiliki orang-orang yang suka merayakan dengan orang Eropa lainnya,” kata mantan kapten Der Panzer, Philipp Lahm, yang menjadi salah satu duta besar dalam penawaran tersebut. "Kami akan mengatur pesta sepak bola besar di Jerman."
Diperkirakan, UEFA menilai tawaran Turki memiliki risiko. Laporan itu menambahkan bahwa kurangnya rencana dari Turki di bidang hak asasi manusia. Kapasitas hotel yang terbatas di banyak kota menjadi salah satu masalahnya. Laporan itu juga menyebutkan, skala pekerjaan infrastruktur transportasi akan berisiko. Namun, UEFA mengatakan tawaran Turki itu sejalan dengan tujuan jangka panjang mereka.