Senin 01 Oct 2018 17:18 WIB

PSSI Minta Liga 1 Digelar Jika Komdis Sudah Putuskan Sanksi

Perlu ada aturan setop laga jika fan atau pemain bertindak anarkis atau rasisme.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Djoko Driyono
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Djoko Driyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PSSI akan mengajukan surat ke PT Liga Indonesia Baru (LIB) agar kompetisi Liga 1 kembali digelar. Namun pengajuan itu baru dilakukan jika sanksi sudah diputuskan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terkait kasus meninggalnya suporter Persija Jakarta.

"Apapun keputusan yang ditetapkan. Sudah ada permintaan dari klub agar Liga 1 kembali digelar pada 5 Oktober mendatang. Kami setuju liga secepatnya digelar, namun kami baru akan meminta liga diputar lagi jika sudah ada sanksi dari Komdis PSSI, " ujar Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono, Senin (1/10), dalam acara silaturahmi suporter sepak bola 2018.

Mengomentari acara diskusi yang menghadirkan stakeholder terkait dengan sepak bola, perwakilan klub, maupun suporter, PSSI memberi apresiasi tinggi. "Kami apresiasi inisiatif Kemenpora. Hal ini merupakan follow up keinginan Presiden RI. Banyak masukan, ini momentum PSSI merenung. Kami berpikir konsolidasi liga, apa yang bisa dilakukan suporter di kompetisi mendatang," jelasnya.

Joko juga menyatakan perlu ada aturan untuk menghentikan pertandingan sepak bola jika ada suporter ataupun pemain yang bertindak anarkis maupun rasisme  "Semua sepakat ujung sebuah upaya siklus pemberian sanksi sampai pertandingan selesai tidak efektif. Mari dirumuskan secara cermat, liga, manajer, komisioner, dan pemain untuk mengatur ini" ucapnya.

Hal ini, menurut Joko, agar kampanye kebencian antarsuporter terhenti. "Ini ide baru belum ada di manapun. Perlu diformulasikan. Kami ingin kembalikan integritas sepak bolanya."

Sementara itu Ketua Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman mendukung upaya penghentian pertandingan jika ada tindakan rasisme. "Kami pemain setuju, namun jangan sekadar penghentian pertandingan. Harus ada sanksi lanjutan yang tegas."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement