Rabu 10 Oct 2018 15:27 WIB

Pelatih Judo Asal Norwegia Setuju Revisi Larangan Jilbab

Larangan penutup kepala harus direvisi supaya tetap mengakomodasi atlet Muslimah.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Endro Yuwanto
Menpora Imam Nahrawi (kiri) dan atlet Judo Indonesia Miftahul Jannah (kanan) berbincang-bincang saat konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, Selasa (9/10).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menpora Imam Nahrawi (kiri) dan atlet Judo Indonesia Miftahul Jannah (kanan) berbincang-bincang saat konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih judo asal Norwegia Stig Traavik mendukung rencana Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi yang ingin melayangkan surat rekomendasi ke Federasi Judo Internasional (IJF) supaya merevisi aturan yang melarang penggunaan penutup kepala. Aturan itu dua hari lalu telah memaksa pejudo asal Indonesia di Asian Para Games 2018, Miftahul Jannah, harus terdiskualifikasi karena tak mau melepaskan hijab.

"Saya sepakat dengan Menpora Indonesia. Aturan tentang larangan penutup kepala harus direvisi supaya tetap mengakomodasi atlet Muslimah," kata Traavik melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/10).

Traavik sempat terlibat membantu persiapan tim judo Indonesia di Asian Para Games 2018. Traavik merupakan mantan pejudo Norwegia di era 1990-an. Ia pernah menjuarai judo nasional Norwegia enam kali. Traavik juga pernah tampil di Olimpiade Barcelona 1992. Pria yang sudah berusia 50 tahun tersebut pernah bertugas di Indonesia sebagai diplomat di Kedutaan Besar Norwegia di Indonesia.

Traavik menyayangkan Miftah yang gagal tampil karena menghormati aturan IJF dan demi menjaga komitmen dan prinsipnya berhijab. Ia melihat atlet muda asal Nanggroe Aceh Darussalam itu punya potensi yang hebat untuk meneruskan kariernya di cabang olahraga judo.

Traavik mendukung revisi aturan yang menjegal pejudo Muslimah ini karena di Indonesia dan di negara-negara Muslim lainnya punya banyak pejudo Muslimah yang sangat memegang teguh prinsip berhijab. "Harusnya aturan itu direvisi supaya memperbolehkan penggunaan hijab, tapi tetap tidak mengganggu keamanan atlet," ujar dia.

Imam Nahrawi kemarin mengatakan, pemerintah akan melayangkan rekomendasi kepada IJF melalui Feredasi Judo Indonesia dan National Paralimpic Committee (NPC) supaya ada perubahan aturan mengenai pelindung kepala untuk pertandingan judo. Imam menyayangkan aturan ini tidak pernah diubah di tengah perkembangan zaman tentang fashion di dunia olahraga. Imam menyebut, hijab sudah diperbolehkan di beberapa cabang olahraga, seperti di silat, wushu, dan karate.

Imam memaklumi potensi bahaya yang ditakutkan IJF bila atlet menggunakan hijab saat bertarung. Tapi, Imam yakin para pegiat dunia fashion bisa mendesain hijab yang benar-benar aman untuk judo.

Kejadian seperti yang dialami Miftah bukanlah kali pertama di dunia judo. Pada ajang Olimpiade Rio de Jeneiro 2016 lalu di Brasil, atlet judo Arab Saudi Wojdan Ali Seraj Abdulkarim juga mengundang kontroversi karena tidak mau melepas hijabnya saat pertandingan.

Tapi bedanya, Wojdan tetap bisa tampil. Karena, tim pelatih dan Komite Olimpiade Arab Saudi melakukan lobi-lobi yang intens dengan IJF dan kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang akhirnya membuat Wojdan tidak terdiskualifikasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement