REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turnaman akbar Asian Para Games 2018 di cabang olahraga lawn bowls mengundang pro dan kontra terkait penggunaan lapangan hoki yang tidak terbuat dari rumput. Untuk Asian Para Games 2018 ini, Indonesia menggunakan Lapangan Hoki 2 Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta.
Indonesia memang belum punya lapangan khusus untuk lawn bowls yang seharusnya menggunakan lapangan rumput. Salah satu atlet lawn bowls asal Jepang Hisao Kojima sempat memprotes lapangan hoki ini karena ia merasa sulit beradaptasi.
Kojima mengatakan, kondisi lapangan hoki yang dijadikan arena lawn bowls membahayakan para penyandang disabilitas. “Karena ujungnya tidak lebih rendah, saya takut bola-bola akan mengenai atlet-atlet tuna netra atau berpenglihatan rendah," kata Kojima melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/10).
Tapi beberapa atlet lawn bowls dari negara lain tidak mempersoalkan lapangan hoki yang digunakan panitia Asian Para Games 2018. Atlet asal Malaysia Haszely bin Elias menilai memang lapangan lawn bowls tidak selalu harus dari lapangan rumput. “Indonesia sudah membuktikan bahwa tak perlu lapangan khusus untuk lawn bowls karena bisa digelar di lapangan hoki seperti ini," ucap dia.
Im Chun-kyu atlet asal Korea Selatan juga merasa kesulitan mendorong kursi rodanya di lapangan hoki. Hanya saja, Chun-kyu menyebut hal itu biasa terjadi walaupun ia bermain di lapangan lawn bowls dari rumput. Ia tidak mempermasalahkan jenis lapangan lawn bowls yang dipilih oleh Indonesia. "Hal ini juga jadi permasalahan yang umum di semua aspek, bahkan jika dilakukan di lapangan rumput," ujar Chun-kyu.
Lapangan hoki yang dijadikan gelanggang pertandingan lawn bowls Asian Para Games memang berbeda dari lapangan khusus olahraga tersebut. Seharusnya, bagian ujung lapangan tersebut lebih menurun. Sementara lapangan hoki di GBK datar. Kemudian batas luar lapangan juga hanya diberi tanda garis putih.