Sabtu 20 Oct 2018 17:04 WIB

Ratusan Anak Penyandang Autisme Meriahkan ASEAN Autism Games

Sudah saatnya anak-anak dengan autisme ditampilkan di berbagai kegiatan masyarakat.

Autisme (ilustrasi)
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Autisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 220 anak penyandang autisme dari negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) menyemarakkan perhelatan ASEAN Autism Games (AAGs) ke-4 di Jakarta. Event ini berlangsung pada 20-21 Oktober 2018 di GOR Sumantri, Jakarta.

"Ada dua cabang olahraga yang dipertandingkan pada AAGs, yakni renang 50 meter dan 100 meter, serta lari 50 meter dan 100 meter untuk dua kategori peserta, yaitu usia 11-15 tahun dan 16 tahun sampai tak terhingga," kata Wakil Ketua Yayasan Autisma Indonesia Dr Adriana S Ginanjar, Jumat (19/10).

Selain dua olahraga tersebut, para peserta juga bisa mengikuti permainan tradisional Tanah Air dan permainan dodgebee yang dapat meningkatkan aktivitas interaksi para peserta, melatih motorik. Permainan ini aman karena menggunakan cakram ringan dan lembut yang terbuat dari busa tapi dapat dilempar ke udara dan ditangkap.

Selama mengikuti kegiatan tersebut, kata Adriana, para peserta AAGs yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus ini akan didampingi oleh orang tua atau anggota keluarga mereka lainnya. "Tidak semua anak ini bisa menyelesaikan pertandingan yang mereka ikuti. Tapi, ini memang bukan tujuan utama dari AAGs," kata dia.

AAGs adalah ajang untuk mengembangkan kemampuan para peserta. Serta membangun kesadaran keluarga dan masyarakat akan keberadaan anak-anak dengan autisme.

Sementara itu, Dong Uy Koe dari Dewan Eksekutif ASEAN Autism Network (AAN) mengatakan, sudah saatnya anak-anak dengan autisme ditampilkan dalam berbagai kegiatan di tengah masyarakat. "Para orang tua, profesional, akademisi, praktisi sudah sering terlibat dalam berbagai kegiatan kongres, seminar yang membahas autisme. Kini, saatnya kita tampilkan anak-anak dengan autisme agar masyarakat menyadari kehadiran mereka dan menjadikan anak-anak ini bagian dari masyarakat," kata Dong.

Dong menegaskan meskipun tidak semua peserta AAGs menyelesaikan kegiatan yang diikuti, tidak satu pun dari mereka yang akan ditinggalkan. "Mereka akan bersama dengan keluarga mereka dan keluarga adalah yang utama," katanya.

Autisme merupakan kelainan perkembangan pada anak sehingga mereka sulit berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Kondisi autisme berbeda pada setiap orang, namun dengan terapi khusus dan perhatian, terutama dari keluarga, anak-anak autisme dapat tumbuh dengan baik. Bahkan banyak dari mereka yang dapat lulus dari perguruan tinggi di berbagai program pendidikan dengan hasil yang memuaskan.

Penyelenggaraan AAGs 2018 merupakan kerja sama Yayasan Autisma Indonesia (YAI), Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, London School Center for Autism Awareness (LSCAA), Asia Pacific Development Center of Disability (APCD), Pemerintah Jepang, dan Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia Thailand.

AAGs 2018 juga didukung oleh Sekretariat ASEAN, ASEAN Autism Mapping, ASEAN Autism Network, dan Japan-ASEAN Integration Fund. Pada AAGs ke-4 ini, wakil Indonesia sebanyak 179 peserta, Filipina 6 peserta, Myanmar 13 peserta, Vietnam 3 peserta, Singapura 5 peserta, Malaysia 9 peserta, Laos 1 peserta, dan Thailand 1 peserta. Sebelumnya, AAGs telah digelar di Filipina, Vietnam, dan Myanmar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement