REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini berharap Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI bersinergi terkait dengan pembinaan sepak bola usia muda. Ia menilai keduanya masih jalan sendiri-sendiri.
"Kerja sama pemerintah dan PSSI harus ditingkatkan karena semua aktivitas olahraga termasuk sepak bola adalah aset. Jadi jangan jalan sendiri-sendiri," kata Fakhri di sela peluncuran kompetisi Liga Nivea Men Topskor U-17 di Wisma Kemenpora, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, salah satu hal yang bisa secepatnya diterapkan adalah kompetisi usia muda yang terstruktur, meski saat ini ada pihak swasta yang sudah melakukannya, seperti Liga Kompas maupun Liga Topskor. Untuk PSSI ada Piala Suratin, sedangkan dari pemerintah ada Liga Pelajar U-16.
"Saya tidak melihat ada even lain selain kompetisi yang bisa membuat mereka (pemain muda) bisa mengembangkan bakatnya," kata mantan pemain nasional itu.
Kompetisi Liga Nivea Men Topskor U-17 sesuai jadwal akan digelar di Stadion Beacukai Rawamangun, Jakarta mulai 28 Oktober 2018 hingga enam bulan ke depan. Ada 20 Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Jabodetabek yang bakal terlibat pada kompetisi bergengsi ini.
Menurut Fakhri, kompetisi semacam ini merupakan satu-satunya jalan mudah menemukan bibit-bibit unggul pesepakbola muda Indonesia. Bahkanm ia menyebut jika kompetisi seperti ini banyak berlangsung, memudahkan pelatih menemukan potensi pesepak bola muda Indonesia dari penjuru daerah.
Hanya, pelatih berusia 53 tahun itu berharap kompetisi ini digelar sesuai dengan semua tahapan dan aturan, karena Liga Nivea Men Topskor U-17 bakal menjadi filter untuk melahirkan pemain berkualitas.
"Sebuah kompetisi harusnya dijalankan secara terintegrasi, berkelanjutan dan bersinergi. Karena, kalau hanya sekali lalu hilang, ya tidak ada artinya. Kompetisi yang berjalan dengan baik dan berkelanjutan nantinya akan bisa melahirkan pemain-pemain bola usia muda dan pasti hebat," kata Fakhri.
Pentingnya kompetisi usia muda juga dirasakan pemain timnas U-16 Rendy Juliansyah. Menurut dia, dengan adanya kompetisi berjenjang, banyak manfaat yang akan didapat oleh pemain.
"Tahun lalu saya juga turun di Liga Topskor. Jelas sangat bermanfaat. Hasilnya saya bisa membela timnas," katanya.
Deputi Bidang Pembudayaan Kemenpora, Raden Isnanta mengaku sangat mendukung Liga Nivea Men Topskor U-17. Hanya, pihaknya meminta pelaksanaannya tidak hanya di Jabodetabek.
"Harapannya kompetisi (Liga Topskor) ini bisa menjangkau 34 provinsi yang ada di Indonesia," kata dia.