REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adaptasi para pemain asing Liga Bola Basket Indonesia (IBL) yang seluruhnya dari Amerika Serikat (AS) dengan kondisi di Indonesia akan berlangsung maksimal selama sepekan. Perbedaan zona waktu bisa membuat fisik para pebola basket tersebut mengalami gangguan waktu tidur (jetlag) yang dapat berpengaruh ke performa di lapangan.
"Mereka memerlukan waktu setidak-tidaknya satu pekan untuk beradaptasi dengan perbedaan waktu dan cuaca di Indonesia. Setelah itu mereka baru bisa berlatih maksimal," ujar penanggung jawab medical check up IBL dr IGM Febry Siswanto SpOT, Senin (5/11).
Menurut pakar bedah ortopedi tersebut, jika kondisi fisik para pemain dalam keadaan baik, maka para pemain impor itu dapat mengatasi semua tantangan jetlag. "Dan sebenarnya pemain yang sampai di sini sudah diseleksi oleh pihak IBL. Mereka telah dinilai layak atau tidak tampil di Indonesia," jelas Febry.
Yang saat ini dikhawatirkan, lanjut Febry, adalah kondisi fisik pemain dalam kaitannya dengan kerentanan cedera. Itulah yang menjadi perhatian serius baik oleh IBL dan pihak rumah sakit dalam hal ini Rumah Sakit Royal Progress. "Jadi pemeriksaan lebih ke kondisi persendian, ligamen, dan ototnya. Jangan sampai nanti ada masalah ketika mulai bertanding, mereka malah jadi cadangan," kata dia.
Sebanyak 17 pemain asing IBL untuk musim 2018-2019 mengikuti pemeriksaan kesehatan (medical check up) di Sports Medicine Centre Rumah Sakit Royal Progress, Jakarta Utara, pada Senin (5/11) mulai pukul 10.00 WIB. Seharusnya, ada 19 pemain yang mengikuti proses medis ini. Dua pemain lain yakni Gary Jacobs dan Matthew van Pelt akan diperiksa belakangan karena baru tiba di Indonesia pada Senin (5/11).