REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Manajer Inggris Gareth Soutgate berhasil membawa Inggris ke semifinal Liga A Liga Bangsa--Bangsa. Ia pun mengungkapkan salah satu alasan keberhasilannya itu dengan menambah beberapa pemain baru ke dalam skuatnya. Beberapa pemain baru tersebut masih berusia muda.
Setelah kegagalan melaju ke final Piala Dunia 2018, Southgate telah memanggil Joe Gomez, Ben Chilwell, dan Jadon Sancho. Penambahan pemain itu untuk menggantikan beberapa pemain senior yang ada dalam skuat Inggris. Ini merupakan salah satu cara bagi Southgate untuk menyegarkan skuat Inggris yang dinilai terlalu banyak pemain tua.
Direktur Teknis FA Dan Ashworth percaya kalau Gareth Southgate akan meraih kesuksesan bersama timnas Inggris. Southgate pun mengatakan kalau ia tidak sembarangan memilih pemain, melainkan hanya yang cocok dengan kebutuhan tim saat ini.
"Salah satu hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah berada tepat di posisi dengan setiap pemain, bagaimana mereka maju dan di mana mereka mungkin cocok dengan apa yang kita lakukan,” katanya, dikutip dari Sky Sports, Selasa (20/11).
Selain itu, ia berharap para pemain yang ia panggil dapat menunjukkan kemampuan terbaiknya. Southgate pun menambahkan kalau ia ingin ada persaingan dari setiap pemain agar bisa menilai sosok yang benar-benar cocok mengisi skuat utama the Three Lions.
"Jadi, setiap kali kami membawa pemain baru, pemain senang dengan itu. Tetapi pemain lain juga ingin membuktikan diri kepada pemain itu. Mereka tahu ada persaingan dan empat pertandingan terakhir yang dimainkan para pemain selalu bermain dengan baik,” ungkapnya.
Inggris berhasil melaju ke babak semifinal Liga Bangsa–Bangsa setelah menang 2-1 atas Kroasia pada Ahad (19/11). Pada pertandingan itu, Southgate berani menampilkan para pemain yang usianya rata-rata masih 20 tahun. Bahkan Sancho baru berusia 18 tahun.
Southgate menjelaskan kalau ia ingin para pemain mudanya memanfaatkan kesempatan bermain untuk negaranya. Ia pun mengatakan senang mempunya skuat yang rata-rata masih muda sehingga tidak ada kesenjangan antarpemain di dalam tim.
"Kami ingin mereka menikmati mengenakan kostum negara mereka. Setiap kali Anda pergi ke ruang ganti, Anda seperti berada di klub anak muda. Anda dapat mendengar mereka tertawa dan bercanda. Mereka santai dan mereka menikmati kebersamaan dan menikmati permainan. Ketika Anda melihat pemain muda bermain dengan ekspresi dan kebebasan itu, itulah yang ingin kami ciptakan," kata dia.