Ahad 25 Nov 2018 11:30 WIB

Hasrat Indonesia Taklukkan Filipina demi Harga Diri

Kekalahan terakhir Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno terjadi pada AFF 2008

Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti (tengah) bersama sejumlah pemain dalam sesi latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/11/2018).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti (tengah) bersama sejumlah pemain dalam sesi latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dipastikan tersingkir dari Piala AFF 2018, praktis tidak ada lagi yang bisa diperjuangkan tim nasional sepak bola Indonesia di turnamen se-Asia Tenggara edisi terkini itu. Pertandingan terakhir Grup B Piala AFF 2018 menghadapi Filipina, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (25/11), tidak akan berarti apa-apa bagi Indonesia.

Namun, bukan berarti skuat berjuluk tim Garuda akan melepas laga itu begitu saja. Anak-anak asuh pelatih Bima Sakti tetap mengincar kemenangan demi mempertahankan harga diri sebagai tuan rumah yang menjamu lawan di stadion bersejarah.

Tercatat, di Piala AFF, kekalahan terakhir timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno terjadi pada Piala AFF 2008 yaitu dari Singapura di fase grup dan Thailand di semifinal.

Timnas Indonesia tentu tidak ingin mengulang catatan kelam tersebut. Persiapan dilakukan, kemenangan menjadi tujuan. Semangat para pemain, pelatih dan staf tetap membara meski semifinal tak lagi di depan mata.

Baca juga: Tahun Suram Sepak Bola Indonesia dan Tagar 'Kosongkan GBK'

"Kami bersedih tidak lolos dari grup, tetapi semangat kami masih sama. Kami akan menunjukkan permainan bagus di laga terakhir demi meraih kemenangan," kata pemain sayap timnas Indonesia Andik Vermansah.

Meski demikian, pertandingan melawan Filipina dipastikan tidak akan mudah. Pasalnya, The Azkals membutuhkan setidak-tidaknya hasil seri untuk menggapai empat besar Piala AFF 2018. Selain motivasi itu, skuat Filipina saat ini tak bisa dipandang sebelah mata karena keberadaan pelatih berkaliber dunia Sven-Goran Eriksson.

Dengan segala pengalamannya, termasuk menangani timnas Inggris di Piala Dunia tahun 2002 dan 2006, Eriksson memiliki cara dan variasi taktik di atas lapangan.

Kemampuan itu didukung kualitas para pemain Filipina yang mampu beradaptasi cepat dengan perubahan strategi di lapangan ketika ada sesuatu di luar rencana terjadi, misalnya, ada pemain yang cedera atau diusir wasit.

"Pengetahuan taktik pemain Filipina lebih baik dibandingkan Indonesia karena banyak pemainnya bermain di luar negeri seperti Inggris, Belgia dan Jerman," kata pelatih timnas Filipina tahun 2010-2011 Simon McMenemy.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement