Kamis 06 Dec 2018 21:08 WIB

Kepemimpinan Edy Rahmayadi di PSSI Masih Munculkan Polemik

Sejak kampanye #EdyOut muncul, Komite Eksekutif (Exco) PSSI terbelah.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Endro Yuwanto
Edy Rahmayadi
Foto: Republika/Da'an Yahya
Edy Rahmayadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi, Kamis (6/12), menolak mundur dari posisinya sebagai pucuk pimpinan di federasi nasional. Purnawirawan jenderal bintang tiga tersebut menegaskan, ia akan bertahan di kursi ketua umum PSSI sampai periode kepemimpinannya pungkas pada 2020.

Sebelumnya, sejumlah klub dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI meminta Edy mundur setelah kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Wakil Ketua Asprov DKI Aldi Karmawan pada November lalu menjadikan kegagalan timnas sebagai tolok ukur kegagalan Edy memimpin sepak bola nasional.

Baca Juga

Selama Edy memimpin PSSI, prestasi timnas dan U-23 tak ada yang mencapai target. Di SEA Games 2017, timnas U-23 cuma meraih perunggu dari medali emas yang ditargetkan.

Saat Asian Games 2018, timnas kandas di babak 16 besar, padahal targetnya ke semifinal. Di level usia, timnas U-19, pun sama gagalnya. Satu-satunya prestasi cuma datang dari U-16 yang berhasil menjuarai Piala AFF U-16 2018. “Sebaiknya Pak Edy melepaskan jabatannya di PSSI,” kata Aldi.

Pernyataan serupa pun datang dari Persib Bandung dan Madura United FC. Manajer Maung Bandung Umuh Muchtar pekan lalu menyuarakan agar PSSI segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB). “Saya setuju kalau Pak Edy ini diganti saja. Ini hanya untuk kebaikan sepak bola Indonesia,” kata Umuh kepada wartawan.

photo
Manager Persib Bandung Umuh Muchtar

Umuh tak menampik, dirinya sebagai salah satu tokoh utama di Kelompok 85 (K-85) yang menjadi tim pemenangan Edy di kursi ketua umum.

Presiden Madura United FC Achsanul Qosasi, kepada Republika.co.id, Kamis (6/12), kembali mengingatkan, keterpurukan timnas sepak bola Indonesia karena PSSI dipimpin oleh ketua umum yang tak fokus dalam menjalankan perannya sebagai bapak sepak bola nasional. “Saya sudah menyampaikan sejak enam bulan lalu. Sampai saat ini pun pendapat saya sama. Saya menyarankan agar Pak Edy mundur sebagai ketua umum PSSI,” kata dia.

Sejak Juli lalu, setelah Edy dilantik menjadi gubernur Sumatra Utara, Achsanul membuat surat terbuka agar kepemimpinan PSSI dikocok ulang. Surat terbuka tersebut yang memunculkan petisi meminta Edy mundur. “Jika beliau masih mau bertahan silakan. Tapi saran saya, lebih baik mundur untuk nama baik Pak Edy dan untuk perbaikan sepak bola Indonesia,” kata dia.

Sumber di internal PSSI, kepada Republika.co.id mengungkapkan, sebetulnya sejak kampanye #EdyOut muncul, Komite Eksekutif (Exco) PSSI terbelah. “Sejak Pak Edy menjadi gubernur, di Exco itu tidak seperti pertama-pertama. Saat Pak Edy masih Pangkostrad, suara di Exco itu seragam. Setelah beliau pensiun (dari militer), sudah banyak perubahan. Situasinya sudah lain saat ini,” kata sumber tersebut. Ia mencontohkan perpecahan yang muncul di Exco PSSI soal perpanjangan kontrak Luis Milla Aspas.  

Kata sumber itu, dari 13 anggota Exco yang aktif waktu itu, lima setuju dengan perpanjangan kontrak pelatih Spanyol tersebut. Lima tersebut, di antaranya Edy bersama Kastaftum Iwan Budianto dan Wakil Ketua Umum Djoko Driyono. “Mereka ini satu paket. Satu suara. Kesepakatan perpanjangan waktu itu pun karena Pak Edy yang menjamin pelunasan tunggakan untuk Luis Milla Aspas. Tetapi akhirnya di rapat Exco selanjutnya, komposisi berbeda membuat Exco menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih nasional,” ungkap dia.

Masih menurut sumber tersebut, di internal Exco PSSI, juga terjadi perdebatan tentang masa depan kepemimpinan Edy setelah munculnya desakan mundur. Kata dia, Edy bersedia mundur dengan sejumlah syarat. Di antaranya, harus menjadikan tokoh baru dari luar kepengurusan sebagai pengganti. Akan tetapi sejumlah anggota memunculkan nama internal Exco sebagai pengganti yang membuat Edy tak percaya dengan calon penggantinya itu.

Syarat yang tak terpenuhi tersebut membuat Edy tak bersedia melepas jabatan ketua umum PSSI. “Syarat-syarat yang diminta Pak Edy itu tidak bisa terpenuhi, membuat dia tak ingin mundur. Kalau dia diganti, dipastikan ada masalah yang lain. Karena itu, secara psikologis, dia kuat untuk tidak mau mundur. Dia tetap bertahan sampai selesai masa jabatannya,” kata sumber tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement