Jumat 21 Dec 2018 22:00 WIB

Ketua SOS Nilai Ada Upaya Membungkam Sikap Kritis Mereka

Arema FC merasa dirugikan dengan pernyataan Akmal dalam sebuah diskusi sepak bola.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), Manajer Madura FC Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan) saat menggelar diskusi sepak bola nasional bertema #PSSIHarusBaik di Graha Pena Surabaya, Senin (17/12).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), Manajer Madura FC Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan) saat menggelar diskusi sepak bola nasional bertema #PSSIHarusBaik di Graha Pena Surabaya, Senin (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen Arema FC berencana melaporkan Ketua Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali ke Polres Malang Kota pada Sabtu (22/12). Arema FC merasa dirugikan dengan pernyataan Akmal dalam sebuah diskusi sepak bola di Jawa Timur beberapa waktu lalu.

“Ini mungkin ada upaya untuk membungkam sikap kritis SOS, ada upaya melakukan kriminalisasi SOS. Karena selama ini kami selalu kritis. Perlu diketehaui setiap SOS mengeluarkan pernyataan, kami pasti diperkuat dengan data yang ada, laporan, atau kalau tidak kami katakan terindikasi,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (21/12).

Hingga kini menurut Akmal, belum ada komunikasi dari pihak Arema kepada dirinya. Kalau ada pihak yang merasa dirugikan, kata dia, biasanya menghubungi untuk melakukan klarifikasi. 

"Tetapi sampai sekarang tidak ada yang hubungi saya. Kalau tiba-tiba ada yang bilang Saya mau dilaporkan ini upaya membungkam sikap kritis SOS”.

Rencana pelaporan ini diungkapkan pembina Arema FC, Lalu Mara Satriawangsa. Ia mengklaim Akmal meyatakan Arema FC terlibat pengaturan skor dalam Liga 1 2018. Menurut Lalu, itu sebuah fitnah dan harus diselesaikan secara hukum.

Akmal menegaskan, itu pernyataan Lalu sama sekali keliru. Ia mengaku tidak pernah sekali pun menyatakan Arema FC melakukan match fixing. Ketika itu, jelas Akmal, dalam diskusi ada peserta yang bertanya tentang klub Jawa Timur yang terlibat match fixing. 

"Saya jawab hampir semua klub terindikasi match fixing,” jelasnya.

Match fixing itu, lanjut Akmal, bisa macam-macam. Ada yang main dengan wasit, pemain, ataupun dengan bandar judi. “Saya ketika itu hanya menyatakan, pisahkan rangkap jabatan antara pemilik (pengurus) klub dengan pengurus PSSI. Ini untuk perbaikan sepak bola Indonesia,” kata dia.

Kemudian, kata Akmal, ia mencontohkan Arema FC dan PSIS yang putaran pertama ada di peringkat bawah. Namun di putaran kedua bisa naik peringkatnya. Akmal mengatakan, di Arema ada yang rangkap jabatan. 

"Ini harus segera ditegaskan, jangan sampai ada tuduhan peringkat naik karena ada 'orang dalam'. Bukan dari jerih payah perjuangan pelatih dan pemain di lapangan. Itu pernyataan saya, tidak ada yang menyatakan Arema terlibat match fixing,” ungkapnya.

Bahkan menurut Akmal, pernyataan dalam diskusi tersebut juga sudah diperdengarkan kepada Iwan Budianto, petinggi Arema FC yang juga menjabat sebagai kepala staf ketua umum PSSI. “Ketika itu Iwan Budianto tidak mempermasalahkannya, karena memang pernyataan saya yang mewakili SOS demi perbaikan sepak bola Indonesia.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement