Sabtu 22 Dec 2018 09:54 WIB

Senja Kala 'Kesombongan' Mourinho

Sekarang waktunya buat Mou menerima tawaran melatih tim nasional.

Jose Mourinho
Foto: EPA-EFE/Facundo Arrizabalaga
Jose Mourinho

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febrian Fachri (Instagram: @febrianfachri)

Kurang dari 48 jam pascakekalahan Manchester United dari Liverpool, Jose Mourinho menerima nasib dipecat sebagai pelatih. Ia tercatat dua tahun tujuh bulan menjadi manajer the Red Devils. Selama itu, ia telah mempersembahkan satu trofi Liga Europa dan satu Piala Liga buat lemari trofi MU. 

Mourinho mulai eksis menjadi pelatih sejak 2000. Klub yang pernah merasakan sentuhannya, yakni Benfica, Uniao de Leiria, FC Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, dan terakhir MU.  Sebelum dipecat MU awal pekan ini, Mou sebelumnya baru sekali mengalami nasib diberhentikan klub, yakni dari Chelsea pada 17 Desember 2015. Ketika itu kondisinya nyaris sama dengan sekarang. 

The Blues yang berstatus juara bertahan gagal masuk empat besar pada paruh pertama musim 2015/2016. Sebaliknya, saat berhenti dari Benfica, Leiria, Porto, Chelsea (2007), Inter Milan, Real Madrid, Mou memilih dengan cara mundur. Dengan kata lain, Mou pergi dengan cara terhormat.

Walau statusnya terpecat dari Chelsea, namun mulut besar Mou tetap sulit dibungkam. Hanya enam bulan menganggur, pelatih yang mengklaim diri sebagai the Special One itu mendapatkan pekerjaan dengan prestis tinggi, yakni dilamar oleh Manchester United. 

Awal-awal di MU, Mou kembali menemukan karakter aslinya sebagai pelatih yang suka menebar psywar. Ia tak segan menyerang atau meremehkan tim, pemain atau pelatih lain untuk meramaikan pertandingan. Tak jarang Mou sampai melontarkan kata-kata yang membuat manajer lain tersinggung. 

Saat nasibnya sudah di ujung tanduk, Mou tetap menebarkan 'kesombongannya'. Ia sering mengacungkan tiga jari kepada wartawan, kepada suporter lawan dan suporter MU untuk menunjukkan kalau dirinya adalah pelatih terbaik Liga Inggris yang sudah memenangkan tiga trofi Liga Primer Inggris. 

Dasar sikap jemawa Mou tentu tidak hanya itu. Ia dua kali sukses mengantarkan tim menjuarai Liga Champions masing-masing satu untuk Porto dan Inter. Ia juga sudah menaklukan empat liga elite Eropa yakni Liga Portugal, Liga Primer Inggris, Seri A Italia dan La Liga Spanyol. 

Tapi sekarang, dengan kegagalan di Manchester United, seakan jadi momen Mourinho untuk berkontemplasi. Walau dengan lantang berteriak dirinya pelatih sukses namun publik menyimpulkan Mou sudah berada pada fase senjakala. Ia seperti jeruk yang inti sarinya telah habis diperas. 

Hal itu sudah terbaca saat ia dipecat Chelsea pada 2015. Permainan Mourinho sudah gampang ditebak. Taktik parkir bus yang diandalkan selama ini untuk menghadapi bigmatch tak lagi ampuh. Buktinya akhir pekan lalu, Liverpool mengobrak abrik pertahan the Red Devils sampai harus menderita kekalahan 3-1.

Permainan MU selama dilatih Mou pun jarang menampilkan sepak bola yang enak ditonton. Mourinho memaksakan pemain yang punya daya ledak seperti Paul Pogba bermain bertahan. Ia kerap mendapatkan kemenangan dengan cara serangan balik dan set piece

Tentu saja taktiknya itu tidak cocok dengan MU yang rata-rata memiliki pemain dengan insting menyerang tinggi. Bagaimana bisa MU sulit menang padahal mereka punya Alexis Sanchez, Marcus Rashford, Juan Mata, Romelu Lukaku, Anthony Martial dan sejumlah gelandang lincah seperti Jese Lingard, Ander Herrera tapi malah bermain bertahan dan cuma mengandalkan serangan balik. 

Sudah punya pemain kualitas wahid tapi timnya spesialis kalah dan seri. Artinya, kesalahan ada pada pelatihnya. Mou sulit mengikuti perkembangan sepak bola modern yang terus berubah. Kejeniusan Mou sudah kalah jauh dibanding Mauricio Pochettino, Jurgen Klopp, Maurizio Sarri dan Pep Guardiola yang masih kekinian dan siap akan perkembangan. 

Memang klub-klub besar seperti Real Madrid, Bayern Muenchen dan Inter Milan bisa saja menarik Mou untuk jadi pelatih. Tapi ia akan sulit bisa berkibar seperti dulu lagi andai ia tidak belajar sepak bola menyerang yang modern karena parkir bus sudah kuno. Bahkan, tiki taka ala Barcelona dan Pep Guardiola saja sudah mulai usang dan kini sudah diperbarui oleh sang pelatih asal Spanyol, sebagai pertanda manajer-manajer klub besar sudah sangat piawai membaca permainan lawan. 

Sudah saatnya Mourinho menepi dari pekerjaan sebagai pelatih klub. Mungkin sekarang waktunya buat Mou untuk menerima tawaran melatih tim nasional yang pekerjaannya hanya dua pertandingan dalam satu bulan dan satu turnamen akbar dalam dua tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement