REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Organisasi terbesar suporter Persib Bandung, Viking menyerahkan sepenuhnya kepada manajemen terkait rencana mendamaikan Bobotoh dengan pendukung Persija Jakarta, Jakmania. Pengurus senior Viking, Mia Dasmawati mengatakan, apapun rencana manajemen, asalkan positif, Bobotoh akan selalu mencoba kooperatif.
"Sebenarnya saya juga belum tahu rencana ini akan seperti apa. Tapi kalau saya melihatnya, Bobotoh bisa saja mengikuti wacana yang ada. Saat ini komando ada di tangan Yana (panglima Viking)," kata Mia kepada Republika, kemarin.
Dalam kesempatan berbeda, CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB), Risha Adi Wijaya sangat mendukung penuh rencana manajemen Persib yang ingin menyatukan Bobotoh dan Jakmania dalam satu tribun. Menurut Risha, dua kelompok suporter yang kerap berselisih itu bisa berdamai jika gebrakan baru dilakukan.
"Kita sebagai operator berharap siapapun suporternya, di manapun tempat bertanding, semua bisa datang, untuk menonton, untuk bergembira," kata Risha menjawab pertanyaan Republika.
Menurut Risha, ada tahap-tahap berkesinambungan yang harus dilalui sebelum hubungan kedua kelompok suporter ini bisa mencair. Diantaranya adalah infrastruktur dan edukasi.
"Edukasi bukan hanya suporter saja yang terlibat, tapi juga edukasi pemain, pelatih termasuk wasitnya," kata Risha.
Risha mengklaim 90 persen pemicu perselisihan suporter berasal dari lapangan. Untuk itu, ia menilai perlu ada kerja sama dari setiap stakeholder untuk memperbaikinya.
Dia mencontohkan ketika televisi yang menyiarkan pertandingan sepak bola tetap menyorot perselisihan antarpemain atau dengan wasit. Tayangan dibakarnya ceruat, lemparan botol, suporter turun ke lapangan, dan teriakan rasial, kata dia, juga turut membuat mental untuk berselisih tetap hidup.
"Ada flare atau turun lapangan, kemudian kalau ribut-ribut suaranya dikeluarkan itu seharusnya kita larang, karena itu secara tidak langsung akan terekam di benak pendukung (lawan)," jelasnya.
Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Barat, Tommy Aproantono menyebut perlu ada tinjauan langsung mengenai perselisihan Bobotoh-Jakmania. Tommy heran, meskipun pimpinan suporter sudah membuat perdamaian, rivalitas di luar batas antara Bobotoh dan Jakmania masih tetap terjadi.
"Tidak pernah diteliti sejauh mana perjanjian itu dijalankan, baik di Viking (organisasi terbesar Bobotoh) maupun Jakmania, kalau sistem itu jalan, pasti tidak mungkin hanya perjanjian di atas kertas," kata Tommy.
Tommy kemudian menjadikan tragedi Heysel 1985 yang melibatkan pendukung Liverpool dan tifosi Juventus sebagai teladan. Saat itu bentrok kedua kubu menyebabkan banyak korban jiwa berjatuhan.
Tragedi Heysel 1985.
Setelah tragedi tersebut, Inggris (tempat Liverpool bernaung) melakukan pendalaman bukan hanya pada suporter garis kerasnya yang biasa disebut Hooligan. Inggris juga mempelajari perilaku, latar belakang seperti edukasi, ekonomi, dan pekerjaan para pelaku.
"Sekarang dipelajari dulu, sosiologinya, psikologinya, perlahan-lahan dan itu hanya dua yang terlihat. Harusnya kepolisian dan pemerintah juga terlibat," tegas Tommy.
Menurut dia, pemerintah dalam hal ini walikota dan bupati memiliki kekuatan untuk dapat mengendalikan rakyatnya. Dengan kekuasaan para pemimpin daerah, diharapkan muncul pengaruh untuk menghentikan pertikaian di antara suporter. "Setelah semua dilakukan, barulah mimpi untuk menonton bersama di stadion menjadi hal yang mungkin terjadi," ujar dia.
Persib telah menyatakan akan menggarap serius terwujudnya perdamaian Bobotoh-Jakmania. Manajemen Pangeran Biru menyadari perilaku Bobotoh sangat berpengaruh terhadap perjalanan Persib mengarungi kompetisi. Kesadaran manajemen berangkat dari kejadian pada bulan September 2018 lalu ketika sejumlah oknum Bobotoh menghilangkan nyawa seorang pendukung Persija.
Kala itu, tewasnya pendukung Persija bernama Haringga Sirla ternyata berdampak luar biasa terhadap usaha Persib menjuarai Liga 1 2018. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI lalu menjatuhkan hukuman berat untuk Maung Bandung.
Salah satunya adalah mengharamkan Persib tampil dengan dukungan langsung dari Bobotoh. Di manapun Persib bermain, Bobotoh tak boleh hadir. Imbasnya pun langsung terasa, sejak menjalani hukuman, Supardi dan kawan-kawan bermain buruk hingga harus melupakan gelar juara Liga 1 2018 sebelum seluruh pertandingan musim 2018 pungkas dihelat.
Kehilangan dukungan dari Bobotoh bukan hanya mengakibatkan menurunnya performa Persib, dampak finansial juga harus diterima. Manajemen mengalami kerugian karena pemasukan dari tiket otomatis hilang, terlebih Komdis PSSI juga melarang Persib melakoni laga kandang di seluruh stadion yang berada di Pulau Jawa.
"Jadi sekarang sudah saatnya, wacana mendamaikan Bobotoh dengaan Jakmania digarap dengan sangat-sangat serius. Pertikaian Bobotoh dengan Jakmania terbukti sangat memberikan kerugian," ujar Direkur PT Persib Bandung Bermartabat Teddy Tjahyono.
Menurut Teddy, hubungan antara Bobotoh dan Jakmania di jajaran pemimpin organisasi sebenarnya berjalan baik. Namun, yang kini menjadi persoalan utama adalah merekatkan para pendukung di tataran akar rumput. Untuk itu, Teddy menyebut perlu gagasan ekstrim untuk menyatukan dua kubu yang sudah lebih dari satu dekade bermusuhan ini.
The Jakmania dan Viking di Kabupaten Indramayu menggelar deklarasi damai di Mapolres Indramayu, bulan September lalu. Disaksikan Kapolres Indramayu, AKBP Arif Fajarudin (tengah), kedua kelompok itu sepakat bersama-sama menjaga perdamaian dan tidak menyimpan dendam.
"Misalnya kita taruh Bobotoh dan Jakmania dalam satu tribun ketika pertandingan Persib melawan Persija. Tapi tentu tak bisa asal-asalan, harus dikawal ketat," kata dia.
Mengenai ide ini, Teddy yakin penerapannya bisa membuat relasi Bobotoh dan Jakmania teduh. "Nanti Jakmania dikawal oleh Bobotoh kalau Perija bertamu, begitu sebaliknya, jadi nanti terjalin hubungan baik," kata dia.