REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Anggoro Pramudya
LONDON -- Suhu udara seketika dingin dengan gumpalan salju turun perlahan menyelimuti lapangan sepak bola di seluruh stadion Inggris akhir Desember ini. Namun, hawa panas masih terasa di papan klasemen Liga Primer Inggris. Turnamen bergengsi seantereo dunia itu masih bergulir.
Tidak ada istilah jeda musim dingin. Bagi warga Inggris, dengan budaya sepak bola yang begitu besar, Liga Primer adalah hiburan untuk seluruh kelas sosial kehidupan di sana. Suka cita Natal seakan menyeret seluruh masyarakat Inggris untuk datang ke 'kuil' kebanggaannya, stadion tim kesayangan masing-masing.
Tradisi berawal dari kaum bangsawan yang berkeinginan memberi hadiah kepada para pekerjaanya yang telah bekerja keras di hari Natal, tanpa libur, dengan tujuan memberikan mereka kado. Proses berjalan seperti biasa hingga kini seluruh kasta atau kaum, tanpa memandang usia, mendapat kado istimewa dengan hiburan laga sepak bola di stadion.
Selain menghadirkan persaingan sengit kala semua tim bisa saling mengalahkan, partai yang tetap berlangsung juga menjadi hiburan bagi mereka, penggemarnya, yang sedang menikmati waktu terbaik bersama saudara dan keluarga.
Adapun partai pertama boxing day berlangsung pada 26 Desember 1860, yang mempertemukan dua klub tertua Inggris, Hallam FC melawan Sheffield FC di Sandygate Road. Sejak saat itu, akan lebih mudah bagi fan menyebut laga Liga Primer Inggris setelah Natal sebagai boxing day.
Pertarungan yang terjadi di boxing day pun tak main-main. Banjir gol bahkan jadi sajian utama seperti ketika Tranmere Rovers melibas Oldham Athletic 13-4 di Prenton Park tahun 1935 silam. Pun dengan kemenangan besar Arsenal atas lawan yang sama dengan skor 7-3 pada musim 2012 lalu.
Tak hanya itu, agenda boxing day juga terasa akrab dengan 'kutukan' negatif bagi beberapa klub seperti Liverpool, dan MU yang selalu tampil impresif di laga selepas Natal ini.
Seperti yang diucapakan pelatih Liverpool Juergen Klopp. Menurut dia, para fan tak perlu takut dihantui oleh cerita sebelumnya.
"Saya pernah mendengar beberapa kali, sekarang bahwa ketika kamu berada di puncak Natal, kamu akan juara. Hanya Liverpool yang tidak, jadi itu adalah omong kosong," tegas Klopp dikutip Mirror, Rabu (26/12).
Pelatih Liverpool, Juergen Klopp ketika merayakan kemenangan timnya.
Bukan tanpa sebab, musim 2008/2009 dan 2013/2014, the Reds juara paruh musim tetapi gagal merebut gelar. Sejak era Liga Primer Inggris, Liverpool sudah empat kali memimpin klasemen hingga boxing day. Namun, nahas tak sekali pun keluar sebagai kampiun.
Berbanding terbasik dengan the Anfield Gank, rival abadinya Manchester United (MU) justru menjadi klub tersukses di boxing day. Dari 93 partai sejak 1888, Iblis Merah memenangkan 51 pertandingan.
Akan tetapi, kebahagiaan masyarakat, berbanding terbalik dengan para pelatih dan manajer. Mereka tentu tidak senang dengan tradisi boxing day yang sudah melekat di sendi kehidupan sepak bola Negeri Ratu Elizabeth.
"Kami harus beradaptasi dengan kalender, bisa jadi harus bertanding pada 26, 28, 30 Desember, hanya berselang beberapa hari," keluh arsitek Manchester City, Josep Guardiola dikutip Manchester Evening.
Tak hanya itu, para pelatih juga harus memutar otak lebih dalam untuk melakukan rotasi pemain agar skuatnya kerap berada di kondisi terbaik. Sebab, pada situasi musim dingin para pesepak bola lebih rentan cedera karena kekuatan otot dan tulang memiliki keterbatasan atau pun kelelahan.
"Latihan terus menerus bisa melemahkan atlet terkuat sekali pun," jelas dokter Elizabeth Quinn beberapa waktu lalu.
Argumen cukup keras sempat dilontarkan mantan pelatih MU, Louis van Gaal yang menyebut Liga Primer Inggris merupakan kompetisi yang paling sulit untuk dimenangkan. Hal itu karena tingginya persaingan antar kesebelasan yang dibumbui dengan terlalu banyaknya pertandingan.
"Anda tak akan mudah karena ini adalah pertandingan paling kompetitif dan Anda juga mesti harus bermain di Liga Champions. Hal itu mengapa menjadi alasan tim Inggris dalam beberapa musim terakhir tak memenangkan gelar Liga Champions," kata pelatih asal Belanda.
Benar kata van Gaal. Tak mudah bagi tim-tim Inggris menguasai daratan Eropa pada era sepak bola modern saat ini. Sejak terakhir kali Chelsea meraig gelar juara tahun 2012 silam, kampiun Liga Champions selalu berasal dari klub-klub yang berkecimpung di liga dengan sistem kompetisi tak terlalu rapat.
Bahkan, jika ditarik lebih jauh, perwakilan Inggris yang mampu mengawinkan titel juara Liga Primer Inggris dengan Liga Champions sudah lama tak muncul. Terakhir kali wakil Inggris yang bisa melakukannya adalah MU pada musim 2007/2008.