Ahad 30 Dec 2018 13:36 WIB

SOS: Komdis Langgar Kode Disiplinnya Sendiri

PSSI melalui Komdis PSSI dinilai tak serius ungkap mafia bola.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), Manajer Madura FC Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan) saat menggelar diskusi sepak bola nasional bertema #PSSIHarusBaik di Graha Pena Surabaya, Senin (17/12).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), Manajer Madura FC Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan) saat menggelar diskusi sepak bola nasional bertema #PSSIHarusBaik di Graha Pena Surabaya, Senin (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali mengatakan, pemanggilan 76 akun media sosial (medsos) oleh PSSI untuk hadir di Sidang Komdis PSSI merupakan pekerjaan sia-sia dan buang-buang waktu. Menurutnya, hal itu merupakan tindakan yang menyalahi prosedur.

Sebab, kata Akmal, berdasarkan Kode Disiplin Pasal 3 tentang Para Pihak yang tunduk terhadap Kode Disiplin PSSI, tak disebutkan akun medsos. "Akun medsos bukan ranah komdis untuk dihadirkan dalam persidangan. Komdis melanggar kode etiknya sendiri dengan memanggil akun medsos yang bukan bagian dari football family, berdasarkan pasal 3. Ini pekerjaan sia-sia dan buang waktu," kata Akmal, Ahad (30/12).

Akmal melihat hal ini sebagai gambaran PSSI kurang serius mengungkap kasus mafia bola. PSSI melalui Komdis PSSI tak serius dalam mengungkap kasus mafia bola. Padahal, lanjut dia, kalau serius Komdis PSSI tak perlu repot-repot memanggil akun medsos, cukup mengambil data dari Genius Sport untuk diinvestigasi dan dijatuhkan sanksi.

"Itu lebih efektif dan efisien dibandingkan akun medsos. Mereka bukan football family dan bagian dari PSSI atau keluarga PSSI. Kalau mereka dihadirkan, bagaimana transportasi dan akomodasinya. Apa urgensinya dan sejauh mana efektivitas dari info yang didapatkannya," sindir Akmal.

Menurut Akmal, jika PSSI mampu bertindak lebih cerdas, akun-akun medsos tadi sebaiknya diundang untuk Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka kampanye anti match fixing. Ia menilai hal itu lebih bermanfaat daripada memaksa akun medsos mengumpulkan bukti-bukti match fixing.

"Undang akun medsos untuk diskusi bagaimana bersama-sama melakukan pencegahan dini potensi match fixing dan juga mengedukasi publik tentang bagaimana match fixing itu terjadi di lapangan dan cara mengatasinya. Ini akan lebih berguna untuk masa depan sepak bola kita," kata Akmal menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement