REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Sepak bola Italia kembali tercoreng oleh ulah oknum suporter klub. Penggemar Serie A Italia tentu belum lupa dengan perilaku buruk salah satu fan Inter Milan yang meneriaki bek SSC Napoli Koulidou Koulibaly dengan maksud ejekan rasis. Rabu (9/1) malam WIB kemarin, giliran penggemar AS Roma atau Romanisti yang berulah.
Dikutip dari Football Italia, Kamis (10/1), Kepolisian Kota Roma tengah menyelidiki sejumlah orang yang diduga oknum Romanisti yang sengaja menyebarkan selebaran yang berisi konten anti-semit di kawasan Kota Roma bagian utara.
Kawasan utara Roma merupakan basis penggemar Lazio. Pada 9 Januari, Laziale dari berbagai komunitas sedang mengadakan acara ulang tahun ke-119. I Biancoceleste atau yang punya nama lama Societa Podistica Lazio lahir pada 9 Januari 1900 silam.
Polisi menduga penggemar Roma sengaja menyebar selebaran anti-semit untuk memancing keributan. Aksi itu berujung pada bentrokan dengan polisi sampai tengah malam.
Seperti diketahui, antara penggemar Roma dan Lazio tidak pernah akur. Lazio dan Roma terbelah karena menjadi representasi perbedaan kasta masyarakat Kota Roma. Lazio yang lebih senior dianggap sebagai klub kaum pekerja. Sementara, Roma yang lebih muda 27 tahun merupakan tim yang dibentuk kalangan borjuis. AS Roma merupakan gabungan tiga klub ibu kota kecuali Lazio.
"Polisi Italia sedang menyelidiki para pendukung Roma yang mendistribusikan selebaran anti-semit di utara Kota Roma," begitu laporan dari First Post. Selebaran yang disebarkan Romanisti itu berisi ratusan tanda tangan anggota ultras Roma.
Walikota Roma Virginia Raggi langsung bereaksi dengan kegaduhan yang ditimbulkan oleh oknum suporter yang tidak bertanggung jawab ini. Ia mengutuk adanya penyebaran anti-semit di wilayah kekuasannya. "Saya dengan tegas mengutuk poster antisemit di Kota Roma," kata Raggi melalui akun Twitternya.
Anti-semit merupakan suatu sikap permusuhan, atau bentuk ketidaksukaan terhadap agama, etnik, suku, dan ras tertentu. Anti-semit jadi momok di Italia karena slogan itu digunakan saat pemerintahan fasis menyiksa kaum Yahudi di masa lampau.
Raggi menambahkan, sepak bola seharusnya menjadi sarana untuk mempersatukan semua masyarakat, tidak hanya di Italia tapi juga dunia. Ia tidak senang ajang sepak bola di Roma justru dijadikan sebagai alsan untuk bermusuhan.