Ahad 13 Jan 2019 07:38 WIB

Secercah Harapan dari Satgas Antimafia Bola

Satu per satu elemen yang diduga terkait dengan pengaturan skor mulai tersentuh.

Suporter indonesia memberikan semangat kepada Timnas Indonesia pada Pertandingan Grup B Piala AFF Suzuki Cup di Stadiun Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (13/11).
Foto: Mahmud Muhyidin
Suporter indonesia memberikan semangat kepada Timnas Indonesia pada Pertandingan Grup B Piala AFF Suzuki Cup di Stadiun Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Frederikus Bata (Instagram @edocz)*

Sikat habis. Ini kata yang tepat sebagai bentuk dukungan untuk Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola.

Saya merasa hadirnya satgas ini seperti memberikan secercah harapan yang timbul dari lahirnya tim bentukan kepolisian Repulik Indonesia itu. Paling tidak, saya menaruh harap semoga akan terwujudnya perubahan mentalitas pengelolaan sepak bola yang lebih baik. Saya yakin dan percaya bahwa setiap penikmat bola di lapangan hijau di Tanah Air ini sudah begitu jengah dengan perilaku oknum-oknum perusak olahraga yang paling dicintai di negeri ini.

Sudah bukan rahasia umum kalau selama ini cukup santer terdengar perihal rumor adanya kecurangan di luar lapangan. Namanya juga rumor, kadang sinyal-sinyal kecurangan itu dapat terasa namun tidak terlihat. Maaf, semua itu bagaikan kentut yang menguarkan bau tak sedap bagi sekelilingnya tapi kadang sulit untuk dicari pelakunya. 

Tapi kini, harapan itu sudah mulai tumbuh. Paling tidak, adanya Satgas Antimafia Bola ini membuat sudah lima tersangka yang ditetapkan sebagai pelaku.

Memang, di negara yang menghargai sebuah proses hukum, kita harus menghormati asas praduga tak bersalah. Sebelum ada vonis berkekuatan hukum tetap, kita tidak bisa memandang si tersangka itu sebagai pelaku kejahatan. Tapi, paling tidak, penetapan itu sudah mulai memberikan adanya titik terang.

Satu per satu elemen yang diduga terkait dengan pengaturan skor mulai tersentuh. Untuk itu, tentunya butuh kerja keras dan dukungan dari berbagai aspek, terutama masyarakat.

Sebuah langkah positif ditunjukkan oleh publik ketika mulai banyaknya informasi yang mengalir kepada Satgas Antimafia Bola ini. Tentunya jangan pernah setengah hati untuk menindaklanjutinya. Tentunya juga, jangan pernah pandang bulu, Pak Polisi! Babat habis saja.

Jika tidak demikian, prestasi sepak bola kita akan selamanya berjalan di tempat. Jika masih saja terjadi maka akan membuat sepak bola kita makin mengalami kemunduran. Padahal usianya PSSI sebentar lagi mencapai angka 89. Sudah senior untuk ukuran federasi olahraga di sebuah negara.

Sebuah contoh konkret ketika Indonesia disibukkan dengan skandal pengaturan skor, tim Asia Tenggara lainnya sudah mendunia. Thailand dan Filipina sedang tampil di Piala Asia. Kita bahkan belum pernah menjuarai turnamen sekelas Piala AFF. Ironis.

Dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, sering disinggung soal animo sepak bola Indonesia. Menurut saya, untuk ukuran gairah penonton, fanatisme kita sudah setara dengan Eropa dan Amerika Latin. Namun dari segi kualitas pemain, harus diakui, level kita masih kalah jauh di bawah.

Kebobrokan oknum pelaku kecurangan itu, saya yakini yang menjadi salah satu pemicu kegagalan kita selama ini. Mereka seolah tak merasa bersalah dengan penggemar yang meski panas dan hujan, tetap memenuhi arena pertandingan. Setidaknya sepak bola Tanah Air masih bisa dinikmati karena kreasi penonton. Di luar dari itu, kita mulai tertinggal jauh, bahkan dengan Thailand dan Vietnam.

Saya tidak ingin berdebat soal prestasi timnas. Tentu saja ada juga orang baik di negeri ini yang selama ini berusaha keras menaikkan level timnas. Saya hanya ingin mendukung langkah Satgas dengan segala elaborasinya.

Akhir kata, semoga terus konsisten bapak-bapak polisi. Sikat habis siapapun orangnya. Sehingga berdampak pada perbaikan kompetisi yang sehat dan transparan. Maju terus pantang mundur!

* wartawan Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement