REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Manajemen Arema FC mengomentari manuver Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Skor yang menyeret nama CEO klub, Iwan Budianto (IB). Media Officer klub asal Malang tersebut, Sudarmaji meyakini, pimpinannya taat akan prosedur dan mampu memenuhi permintaan keterangan dari kepolisian.
"Jika memang polisi maksudnya mengarah kepada pimpinan kami yang kapasitasnya sebagai pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), tentu kami meyakini bahwa pimpinan kami taat kepada prosedur hukum dan kami yakini bahwa beliau akan memenuhi jika diminta keterangan," kata Sudarmaji melalui pesan singkat yang diterima Republika, kemarin.
Di sisi lain, Sudarmaji meminta semua pihak untuk menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah. Semua pihak juga didorong menghargai bahwa saat ini PSSI dan klub-klub sebagai voter yang tengah fokus mempersiapkan Kongres Tahunan di Bali.
Menurut Sudarmaji, kongres tahunan PSSI ini sangat penting karena menjadi tuntutan dan kebutuhan arah kebijakan setahun ke depan. Dalam hal ini untuk mengelola sepak bola yang lebih berprestasi. "Tentunya para pimpinan PSSI juga stakeholder PSSI sedang fokus mempersiapkan dan pelaksanaan kongres tersebut. Jadi sekarang, tidak boleh kita menggiring opini seakan-akan sudah demikian. Prosesnya kan harus dilalui dulu," kata dia.
Sebelumnya, Satgas Antimafia Bola Polri memanggil Iwan karena diduga terlibat praktik culas di kancah sepak bola Indonesia. Pemanggilan ini dilakukan setelah kepolisian menerima laporan dari manajer tim Perseba Bangkalan, Imron Abdul Fattah, atas penyelenggaraan Piala Soeratin 2009. Ketika itu, pria yang dikenal dengan sebutan IB ini menjabat sebagai Ketua Badan Liga Amatir Indonesia.
Dalam penyelidikan, satgas menemukan bukti aliran dana sebesar Rp 140 juta. Menurut laporan, dana tersebut diberikan kepada Ketua Pengurus Daerah PSSI Jatim yang saat itu dijabat oleh Haruna Soemitro.