Ahad 10 Feb 2019 11:49 WIB

Viking Dilibatkan dalam Diskusi Industri Kreatif

Kontribusi industri kreatif untuk pendapatan negara mencapai Rp 1.105 triliun.

Jalannya kegiatan Orasi Pekerja Kreatif di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat (Jabar), Sabtu (9/2).
Foto: DOK IST
Jalannya kegiatan Orasi Pekerja Kreatif di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat (Jabar), Sabtu (9/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Salah satu basis suporter Persib Bandung, Viking, ikut meramaikan diskusi Orasi Pekerja Kreatif di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat (Jabar), semalam. Dalam kegiatan tersebut, Ketua Viking Heru Joko dan beberapa sosok lainnya menjadi pembicara.

Selain dari Viking, hadir pula co-founder Upnormal Sarita Sutedja, Wali Kota Bogor Bima Arya, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, CEO IYKRA Fajar Jaman, co-founder GetCraft Anthony Reza Prasetya, Content Creator Eka Gustiwana, CEO IPMI Jimmy Gani, Roby Murphy Saung Angklung Mang Ujo, Pendiri Mad For Lipstick Samira Alatas, CEO Everidea Aji Santika, dam Gally Rangga pendiri Exodus57. Selain mereka, para peserta dari kegiatan yang diinisiasi asumsi.co itu juga mendapatkan materi dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Emil, demikian Ridwan bisa disapa mengatakan, masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun ini sejatinya semakin optimistis dengan kondisi bangsa. Optimisime itu bahkan menjadi energi yang menggerakkan para pegiat industri kreatif untuk terus membuat terobosan untuk masyarakat.

"Itu hasil survei 2017, kita menjadi masyarakat paling optimis di dunia. Jadi, kalau pesimis sebaiknya nggak usah mengajak yang lain," kata dia.

Meski demikian, mantan wali kota Bandung itu menambahkan, perasaan optimisme bangsa itu bukan tanpa ancaman. Sebagai negara dengan beragam suku, agama, ras, dan bahasa, nilai-nilai kesatuan bisa dengan gampang diganggu karena konflik yang muncul akibat perbedaan.

"Kita mudah bertengkar, dan yang membuat prihatin, pertengkaran itu dipicu hal-hal sepele. Makin ramai karena kita juga hobinya cenderung mencari perbedaan, kalau tak bertengkar seperti itu, kita harusnya sudah jadi bangsa juara," jelas dia.

"Jaga persatuan ini penting, terlebih dengan prediksi bahwa pada 2045. Kita bisa menjadi negara adidaya, di antaranya, sepanjang pertumbuhan ekonomi jangan turun di bawah lima persen, dan tak bertengkar karena demokrasi, karena waktu kerja kita bakal tersita untuk mendamaikan," tambah Emil.

Pembicara lainnya, Imam Sjafei menambahkan, membangun dunia usaha yang optimistis itu tidak mudah. Apalagi untuk kalangan milenial yang memiliki sikap yang berbeda dalam melihat bisnis. “Dalam empat tahun belakangan, optimisme itu terus berusaha dibangun tak hanya dengan pembangunan fisik seperti infrastruktur. Tapi juga dorongan agar milenial terjun ke dunia usaha,” kata founder Asumsi.co ini.

Pada akhir tahun lalu, kontribusi industri kreatif untuk pendapatan negara mencapai Rp 1.105 triliun. Tahun ini, nilainya bakal jauh lebih besar. “Tahun ini diperkirakan industri kreatif akan menyumbang Rp 1.200 triliun pada PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia,” kata Imam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement