Kamis 21 Feb 2019 07:20 WIB

Chelsea Raih Hasil Buruk, Sarri Tolak Strateginya Disalahkan

Chelsea kalah telak tiga kali dari lima laga terakhir di Liga Primer Inggris.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Israr Itah
Maurizio Sarri
Foto: Andrew Matthews/PA via AP
Maurizio Sarri

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Chelsea menelan hasil buruk dalam sebulan terakhir di semua kompetisi. Ini membuat publik mempertanyakan strategi Maurizio Sarri. 

Bagaimana tidak, Chelsea kalah telak tiga kali dari lima laga terakhir di Liga Primer Inggris. Sehingga membuat mereka keluar dari zona Liga Champions. Lalu mereka baru saja tersingkir dari Piala FA usai ditumbangkan Manchester United. 

Baca Juga

Namun Sarri tidak ingin strateginya disalahkan atas hasil buruk tersebut. Ia mengakui bahwa saat ini kondisinya sangat sulit untuk menang tiga sampai empat kali beruntun.

Sarri enggan mengakui kalau tren negatif ini karena formasi 4-3-3 dengan sistem 'Sarri ball', yang diejek oleh suporter saat dikalahkan oleh MU di Stamford Bridge. "Sistem itu masalah palsu," kata Sarri, dikutip dari Sky Sports, Kamis (21/2).

Pelatih asal Italia itu menegaskan ia tak akan mengikuti filosofi sepak bola yang umum dikenal publik. Contohnya saat tim kalah, pelatih harus memasukkan striker di lapangan. Sementara saat unggul, bek diturunkan untuk menjaga kemenangan. 

Ia menegaskan ingin melihat sepak bola dengan cara yang lain. Sarri percaya diri tim yang konsisten menyerang bisa mencegah gawangnya dari kebobolan.

Selain strateginya, Sarri juga dikritik karena dianggap salah menempatkan pemain di posisi terbaik. Contohnya adalah N'Golo Kante. Ia dipasang sebagai gelandang menyerang, padahal posisi ideal Kante selama ini adalah gelandang bertahan.

Sarri menilai, seorang gelandang bertahan harus mampu mengalirkan bola sangat cepat. Menurut dia, itu tak dimiliki oleh Kante.

"Dia sangat berguna, tapi ini bukan karakter terbaik dari N'Golo (Kante)," tegas Sarri.

Saat diingatkan bahwa Kante menjuarai Piala Dunia 2018 bersama Prancis sebagai gelandang bertahan, Sarri mengakuinya. Akan tetapi, ia berkelit dengan mengatakan sistem permainan di Prancis asuhan Didier Deschamps berbeda dengannya sehingga berpengaruh terhadap Kante.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement