REPUBLIKA.CO.ID, PHNOMPENH -- Indra Sjafri dikenal namanya sejak menyudahi paceklik prestasi sepak bola Indonesia pada ajang yang cukup bergengsi kala membawa tim nasional U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013 silam. Setelah sempat merasakan melatih klub dengan menangani Bali United, Indra kembali dipercaya menjadi pelatih Timnas U-19 pada 2017 lalu, namun periode keduanya tak sesukses kesempatan pertamanya.
Prestasi paling mentereng di masa kedua kepelatihan Indra di Timnas U-19 hanyalah memperbaiki rekam jejaknya di Piala Asia U-19, dengan meloloskan diri dari fase penyisihan grup edisi 2018 sebelum dibungkam 0-2 Jepang di perempat final. Perjalanan Indra di pentas sepak bola nasional kembali menemui babak baru pada 20 Desember 2018, ketika ia dipercaya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menangani Timnas U-22. Tentu saja kepercayaan yang diberikan PSSI tak datang dengan cuma-cuma, Indra dibebani target ambisius dalam tahun pertama kepelatihannya di Timnas U-22.
Timnas U-22 mengikuti tiga turnamen yang cukup penting sepanjang 2019, yakni Piala AFF U-22, kualifikasi Piala Asia U-23 2020 serta SEA Games 2019.
Untuk Piala AFF U-22, Indra tak dibebani target. Tapi ia diminta membawa timnas U-22 melenggang ke putaran final Piala Asia 2020 serta menggondol medali emas SEA Games 2019.
Kendati tak dibebani target, Indra dalam beberapa kesempatan selalu mengatakan bahwa Indonesia sudah seharusnya membidik jadi yang terbaik di ajang Piala AFF U-22. Ironisnya, dua bulan berlalu sejak penunjukkan Indra menjadi pelatih, timnas U-22 belum merasakan kemenangan dalam lima laga uji coba dan turnamen resmi.
Sebelum bertolak ke Kamboja untuk mengikuti Piala AFF U-22, Indra mendampingi timnas U-22 melakoni tiga laga uji coba melawan tim-tim Liga 1 Indonesia. Hasilnya, semua berakhir dengan skor imbang, yakni 2-2 melawan Bhayangkara FC, 1-1 di markas Arema FC dan 1-1 menghadapi Madura United.
Tren hasil imbang itu rupanya berlanjut ketika Garuda Muda tiba dan berlaga di fase penyisihan Grup B Piala AFF U-22. Pada laga pertama, Indonesia yang masih menghadapi persoalan adaptasi dengan permukaan rumput sintetis yang menyedihkan di Stadion Nasional, hanya bisa bermain imbang 1-1 melawan Myanmar. Itu pun setelah tertinggal lebih dulu dari sang lawan.
Sedangkan di laga kedua, Indra hampir saja menyudahi catatan buruk tak pernah menang melawan Malaysia. Namun, keunggulan yang sempat dimiliki Indonesia lewat Marinus Wanewar dan Witan Sulaiman raib begitu saja hanya tiga menit jelang waktu normal pertandingan berakhir akibat kegagapan mengantisipasi situasi bola mati.
Maka raib sudah kemenangan perdana Indra di timnas U-22, sekaligus yang pertama menghadapi Malaysia. Dua bulan tentu bukan waktu yang pendek. Sudah waktunya publik menagih kemenangan perdana timnas U-22 di tangan Indra saat mereka menghadapi tuan rumah Kamboja pada laga pamungkas penyisihan Grup B Piala AFF U-22, Jumat (22/2) malam.
Tuah tuan rumah
Tuan rumah dalam sebuah ajang kejuaraan olahraga apapun akan selalu mendapatkan keuntungan. Setidaknya dua keuntungan yang wajar didapatkan oleh tuan rumah adalah derasnya dukungan suporter serta teranulirnya fase beradaptasi dengan atmosfer ataupun kondisi lapangan. Baik itu Prancis yang mengangkat trofi Piala Dunia 1998 ataupun Indonesia yang menjuarai Piala AFF U-19 2013, semua terjadi ketika mereka menjadi tuan rumah.
Saat ini, Kamboja tengah berada dalam jalur yang tepat untuk menapaki tangga menuju kesuksesan tersebut. Kendati tak diperhitungkan sebagai unggulan dalam fase penyisihan Grup B Piala AFF U-22 lantaran kehadiran dua tim tradisional sepak bola Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia, Kamboja justru memperlihatkan langkah yang sejauh ini sangat positif. Dalam laga pertama Kamboja berhasil mempecundangi Malaysia dengan skor 1-0 lewat gol semata wayang yang dicetak Sath Rosib melalui eksekusi tendangan bebas. Sementara di laga kedua, Kamboja menang dengan skor lebih meyakinkan yakni 2-0 menghadapi Myanmar berkat gol-gol dari dua pemain belakang mereka Yue Safy dan Sin Sophanat.
Dua kemenangan itu praktis mengantarkan Kamboja melenggang ke babak semifinal sekaligus mematutkan diri sebagai juara Grup B, lantaran tak satupun pesaingnya pernah mengalami kemenangan.
Atas capaian tersebut, pelatih timnas Kamboja U-22 Felix Agustin Dalmaz mempersembahkannya kepada seluruh warga setempat baik yang sudah hadir memadati tribun penonton Stadion Nasional maupun yang menyaksikan dari layar kaca.
Ia juga secara diplomatis menjawab banyaknya keluhan yang sempat dilontarkan tim-tim lawan mengenai kondisi permukaan lapangan Stadion Nasional yang begitu buruk, dengan berkaca kepada kondisi di negeri asalnya Argentina.
"Di sana kami bermain bola dalam keadaan apa pun, di mana pun, tentu bukan itu persoalannya," kata Dalmaz selepas Kamboja berhasil meredam Myanmar 2-0.
Tentu Dalmaz tak sepenuhnya keliru, tapi ia mengabaikan faktor bahwa para pemain Kamboja memiliki kesempatan yang tak pernah dimiliki tim-tim lain untuk bisa beradaptasi lebih jauh dengan kondisi lapangan tersebut. Bahkan, boleh dibilang Kamboja tak perlu repot-repot melakukan adaptasi, sebab diketahui bahwa Stadion Nasional menjadi arena berlatih mereka sebelum Piala AFF U-22 digelar.
Indonesia tentu berada dalam situasi yang tak diuntungkan ketika menghadapi Kamboja. Faktor yang kasat mata seperti dukungan penonton dan tantangan beradaptasi lebih lanjut dengan kondisi lapangan menjadi yang utama. Selain itu, Indonesia diwajibkan menang jika ingin lolos tanpa terpengaruh hasil laga lain antara Malaysia kontra Myanmar.
Terlebih lagi AFF baru saja memutuskan untuk membuat tendangan mula kedua laga dilakukan bersamaan pada pukul 18.30 WIB, setelah sebelumnya dijadwalkan pertandingan Malaysia melawan Myanmar dilangsungkan lebih awal.
Kini jadwal baru menyatakan pertandingan Indonesia melawan Kamboja tetap dilangsungkan di Stadion Nasional, sedangkan Malaysia kontra Myanmar diboyong ke Stadion RNS, kandang klub lokal Phnom Penh Crown FC.
Apapun yang terjadi nasib Indonesia berada di tangan mereka sendiri, sebab Indra juga meyakini Kamboja tidak akan mengendurkan semangat mereka walaupun sudah memastikan lolos dan posisi puncak Grup B.
"Semua pelatih di dunia tidak ada lagi yang bermain-main setelah sudah lolos. Tapi bisa saja mereka akan merasa nyaman dalam bermain," kata Indra selepas memimpin sesi latihan Kamis di Lapangan Western University, Phnom Penh.
Apapun itu, yang jelas nasib Indonesia berada di tangan sendiri. Indonesia wajib menang untuk lolos ke semifinal, sekaligus mencatatkan kemenangan perdana di bawah arahan Indra Sjafri.