REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas Indonesia U-22 berhasil lolos ke partai puncak ajang Piala AFF U-22. Ini merupakan partisipasi pertama skuat muda Indonesia di turnamen tersebut. Keberhasilan ini tak lepas dari sosok Indra Sjafri yang dipercaya menjadi pelatih skuat Garuda Muda.
Ini merupakan final kedua yang ditorehkan Indra Sjafri sebagai pelatih timnas. Final pertama diraih tahun 2013. Saat itu Evan Dimas dkk mampu menyempurnakan dengan merebut gelar juara Piala AFF U-19.
Kini, Indra mencoba peruntungannya di final keduanya. Timnas akan berjuang merebut gelar juara melawan Thailand.
Garuda Muda berhasil ke final setelah mengalahkan Vietnam 1-0 di semifinal. Gol semata wayang tersebut dicetak oleh Muhammad Luthfi Kamal.
Keberhasilan Indra menangani Garuda Muda menurut pemerhati sepak bola Kesit Budi Handoyo adalah wajar karena Indra memang spesialis skuat muda. Kepada Republika.co.id, Senin (25/2), Kesit menyatakan Indra sudah membuktikan kapasitas sebagai pelatih timnas junior saat membawa generasi Evan Dimas juara Piala AFF 2013.
Kesit juga berharap Indra agar tetap fokus menangani tim muda. "Biarkan fokus dulu di tim junior karena kalau tim senior tekanannya jauh lebih tinggi. Beri kesempatan kepada Coach Indra mewujudkan harapan masyarakat Indonesia lewat timnas U-22. Jika mampu menunjukkan kesuksesannya pasti kesempatan menjadi pelatih timnas senior akan datang cepat atau lambat."
Apalagi, lanjut Kesit, saat ini posisi pelatih timnas senior sudah digenggam Simon McMenemy. "Kita sedang menanti juga tangan dingin McMenemy seperti saat memoles timnas Filipina dan klub Bhayangkara FC," terangnya.
Kesit juga mengungkapkan kelebihan dan kekurangan Indra. Kelebihannya Indra adalah mampu mengangkat motivasi pemain. Sayangnya, Indra kerap atau hobi bongkar pasang pemain. Akibatnya, pola permainan tim yang awalnya sudah terbangun dengan baik menjadi berubah. "Soal kurangnya variasi bermain juga menjadi salah satu kelemahannya. Akibatnya kita sering lihat permainan timnas yang monoton sehingga mudah dibaca tim lawan."
Koordinator Save Our Soccer (SIS) Akmal Marhali menyatakan syukur atas keberhasilan timnas U-22 menembus final. "Pertama datang tanpa target, tapi bisa lolos ke final. Kedua, terjadi di tengah skandal calciopoli yang melibatkan banyak pejabat teras di PSSI."
Pelatih Timnas Indonesia U-22 Indra Sjafri memberikan keterangan pada konferensi pers persiapan Timnas U-22 jelang Piala AFF U-22 di Jakarta, Jum'at (4/1/2019).
Akmal menambahkan, terlepas dari itu semua itu, sejatinya di kategori kelompok umur, Indonesia memang bisa bersaing. Bukan cuma di ASEAN, tapi di Asia. Mayoritas pemain muda masih belum terkontaminasi penyakit di kompetisi. Mereka masih fresh sehingga penampilan pemain juga bisa lepas.
Selama ini, lanjut Akmal, kelemahan timnas Indonesia di kelompok umur adalah beban target yang kadang terlalu bombastis dicanangkan PSSI sehingga para pemain terbebani. Sejatinya, bila dibiarkan bermain lepas, timnas muda sangat potensial. "Tinggal kini mampukah menuntaskan dengan gelar juara? Yang pasti jangan dipuji terlalu tinggi karena ini baru langkah awal. Cukup berikan stimulan lewat motivasi," katanya.
Akmal menilai kelebihan Indra adalah mampu menemukan bibit potensial di usia muda. Ia bisa memberikan motivasi ke pemain untuk menolak menyerah. Kelemahamnya adalah acap sulit mengubah gaya bermain di saat posisi tim dalam tekanan. Pengembangan strategi di lapangan menjadi pekerjaan rumah. "Apalagi para pemain lebih banyak dibesarkan karena bakat, bukan pemahaman sepak bola modern."
Sementara itu pesepak bola Hansamu Yama menyatakan bahwa Indra adalah salah satu pelatih terbaik yang dimiliki Indonesia. "Kita juga sudah tahu selama ini kualitas Coach Indra, beliau salah satu pelatih terbaik di Indonesia," jelas Hansamu yang juga masuk skuat timnas U-19 saat juara Piala AFF U-19 2013.