Kamis 07 Mar 2019 18:05 WIB

PSG yang Selalu Gagal di Liga Champions

Sebelumnya, Al-Khelaifi akan memberhentikan sang pelatih yang gagal.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Israr Itah
Thomas Tuchel
Foto: AP Photo/Dave Thompson
Thomas Tuchel

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setelah diambil alih Qatar Investment Authority (QIA) Paris Saint-Germain menjelma jadi klub raksasa di Prancis. Sejak 2012, sederet pemain top, diikumpulkan sebut saja Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, hingga Edinson Cavani. 

Namun pembelian ketiga pemain tersebut memang tidak seheboh dua pemain yang didatangkan PSG musim lalu, yaitu Neymar dan Kylian Mbappe. Bagaimana tidak, Neymar dibeli dengan harga fantastis dari Barcelona, mencapai Rp 3,4 triliun. Megatransfer itu menjadikan pemain Brasil tersebut sebagai pesepak bola termahal sepanjang masa. 

Baca Juga

Tidak berhenti sampai di sana. Setelah meminjam bakat muda AS Monaco Kylian Mbappe selama semusim, PSG memberikan kontrak permanen kepada pemain internasional Prancis tersebut juga dengan harga fantastis. Meski tak dipublikasikan berapa harga pastinya, namun nilai transfer Mbappe dikabarkan mencapai 180 juta euro atau setara dengan Rp 2,9 triliun. 

Belum lagi pembelian musim lalu Thilo Kehrer sebesar Rp 548 miliar dan Juan Bernat sebesar Rp 256 miliar. Angka tersebut belum termasuk dengan gaji Gianluigi Buffon yang dikabarkan sangat besar. 

Bicara soal pelatih, PSG pun cukup royal. Nama besar seperti Carlo Ancelotti, Unai Emery hingga Thomas Tuchel dipanggil untuk membawa PSG mengangkat gelar Liga Champions. Namun semua pelatih tersebut gagal memberikan target yang ditetapkan Presiden klub Nasser Al-Khelaifi. 

Sebelumnya, Al-Khelaifi akan memberhentikan sang pelatih yang gagal. Dua musim cukup bagi para arsitek tim jika tak mampu membawa trofi Si Kuping Besar.

Untuk saat ini, Al-Khelaifi menyatakan belum memutuskan untuk memecat Thomas Tuchel. "Saya percaya pelatih. Kami akan melihat keputusannya jika dia ingin diganti atau tidak ingin diganti. Tapi kami tidak akan (mengganti) karena kami kalah dalam pertandingan," jelas Al-Khelaifi usai laga, dikutip dari Twitter resmi klub, Kamis (7/3).

Menurut Al-Khelaifi, ia tidak ingin membuat keputusan dalam keadaan emosi. Ia sadar sekarang bukan saat yang tepat. Ia mengaku baru akan membuat keputusan dengan kepala dingin dan dalam situasi yang tenang. "Kami ingin melihat apa yang diinginkan pelatih juga. Itu sangat penting," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement