Senin 11 Mar 2019 20:05 WIB

Walau Beda Kondisi Tim, Final IBL Diperkirakan Tetap Menarik

Stapac mentereng di seri reguler, sementara SM Pertamina tertatih-tatih.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
IBL. Pebasket Pacific Caesar Surabaya Ananda Caesar bersiap melempar bola saat melawan tim basket Stapac Jakarta pada laga kedua semifinal IBL Pertamax Playoffs 2018-2019 di Gor Mahasiswa Soemantri Brojonegoro, Jakarta, Sabtu (9/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
IBL. Pebasket Pacific Caesar Surabaya Ananda Caesar bersiap melempar bola saat melawan tim basket Stapac Jakarta pada laga kedua semifinal IBL Pertamax Playoffs 2018-2019 di Gor Mahasiswa Soemantri Brojonegoro, Jakarta, Sabtu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Kompetisi Indonesian Basketball League (IBL) Pertamax 2018/2019 baru saja menyelesaikan babak semifinal. Dua tim terbaik akan saling bertarung untuk memperebutkan gelar juara, yakni juara bertahan Satria Muda (SM) Pertamina melawan Stapac Jakarta.  Pertemuan kedua tim ini dikenal dengan duel klasik di bola basket Indonesia.

Direktur IBL Hasan Gozali, Senin (11/3), menyatakan meski kedua tim yang lolos di final nantinya memiliki jalan yang berbeda, ia yakin final akan tetap berlangsung menarik. Hasan merujuk performa Stapac yang mentereng di seri reguler, sementara SM Pertamina tertatih-tatih.

Baca Juga

“Ini laga klasik yang sudah lama sekali tidak terjadi di final. Dua tim dengan fan base terbesar di Tanah Air akan melakoni laga puncak. Seharusnya laga ini berjalan seru dan menarik. Walaupun memang sejauh ini Stapac terlihat lebih mulus jalannya, partai final pasti akan berbeda,” ujar Hasan.

Menurut Hasan laga puncak nanti akan digelar di Jakarta dan Bandung. Final pertama akan digelar di kandang SM Pertamina, Britama Arena, Mahaka Square Kelapa Gading Jakarta pada 21 Maret 2019. Laga berikutnya akan digelar di C’Tra Arena Bandung pada 23 Maret. Jika hasilnya imbang 1-1, akan digelar laga penentu pada 24 Maret.

Melihat perjalanan dan kondisi saat ini memang Stapac banyak diunggulkan untuk bisa menjadi juara IBL Pertamax musim ini. Pada babak reguler lalu Stapac memenangkan dua pertemuan mereka kontra SM Pertamina. 

Pelatih NSH Jakarta, Wahyu Widayat Jati mengakui kalau Stapac musim ini memang lebih diunggulkan untuk bisa merebut gelar juara IBL.

“Saya melihat hanya Stapac dan NSH saja yang pemain asingnya memberi banyak pengaruh terhadap pemain lokalnya. Walau dua pemain asing bagus, kalau mereka tidak bisa mengangkat pemain lokal akan sulit untuk menjalani satu musim penuh. Mereka harus mendapat dukungan pemain lokal,” kata dia.

Cacing, sapaan akrab Wahyu, pernah memperkuat dua tim ini. Ia merasakan gelar juara bersama SM dan Stapac yang dulu masih bernama Aspac. Menurut Cacing, kekuatan SM Pertamina tidak banyak berubah musim ini. Tim asuhan Youbel Sondakh hanya kehilangan sosok pemimpin dalam diri Christian Ronaldo Sitepu yang memutuskan pensiun. Kemudian kehilangan Jamarr Andre Johnson akibat cedera juga menurut Cacing tak begitu berpengaruh.

Cacing mencatat faktor krusial adalah pola permainan. Menurut dia, SM Pertamina tak banyak berubah denga lebih banyak main zone. Sementara Stapac banyak berubah.

"Jadi saya kira kalau dalam waktu dua minggu ini SM Pertamina tidak ada perubahan yang siginfikan memang agak berat untuk mempertahankan gelar juara. Kita lihat saja apa yang akan dilakukan SM Pertamina jelang final ini” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement