Selasa 12 Mar 2019 12:58 WIB

Vamiga: Piala Itu Diperebutkan di Final

SM Pertamina dua kali kalah di babak reguler karena kecolongan di-rebound.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Pebasket Satria Muda Britama Jakarta Vamiga Michel (kiri)
Foto: Antara
Pebasket Satria Muda Britama Jakarta Vamiga Michel (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satria Muda (SM) Pertamina harus melalui jalan terjal untuk kembali lolos ke final. Jalan sang juara bertahan ini lolos ke partai puncak Indonesian Basketball League (IBL) Pertamax 2018/2019 memang kurang meyakinkan.

SM hanya menempati peringkat tiga Divisi Merah. Sebaliknya lawan yang akan dihadapi di partai final, Stapac Jakarta, musim ini tampil sangat meyakinkan.

Dua kali SM harus mengakui musuh bebuyutannya, Stapac Jakarta, di babak reguler.  Melihat perjalanan kedua tim, Stapac memang lebih banyak diunggulkan untuk memenangkan partai final nanti untuk mengambil gelar juara dari tangan SM.

Menanggapi kondisi ini, salah satu pemain senior SM Pertamina, Vamiga Michel menyatakan kondisi seperti ini justru menguntungkaan bagi timnya.

“Kalau banyak yang menjagokan Stapac itu mungkin saja bila mereka melhat dari track record di babak reguler kemarin. Namun hal itu justru membuat kami ada di posisi underdog. Itu sebuah  keuntungan juga karena beban lebih di tim unggulan yang saat ini ditempati Stapac,” ujarnya, Selasa (12/3).

Pebasket kelahiran Singkawang 20 Oktober 1992 ini mengungkapkan, dua kekalahan atas Stapac di babak reguler justru akan menjadi penyemangat bagi tim. “Ini menjadi penyemangat untuk membalas di final karena piala direbut di babak final bukan di babak reguler,” jelasnya.

Vamiga menilai, berdasarkan pengalaman bermain di babak reguler melawan Stapac, timnya kalah karena kecolongan di-rebound. “Stapac beberapa kali mendapat ofensif rebound. Saya rasa kami harus perkuat defensif rebound dan bermain lebih agresif dari Stapac.”

Pemilik nomor punggung 24 ini menjelaskan, persiapan timnya saat ini masih fokus untuk berbenah. Ia merasa sejak di babak reguler menuju ke playoff ini banyak peningkatan di timnya sehingga bisa kembali ke final. "Mungkin yang akan difokuskan adalah kami kehilangan Jamar nanti. Jadi pasti kesiapan di dalam tim sendiri akan lebih penting menurut saya, baik fisik maupun mental,” jelasnya.

Stapac bisa dibilang tim yang komplet, rotasi pemain begitu dalam. Salah satu andalan Stapac adalah guard asing, Yancy Kendall. Vamiga kemungkinan akan saling berhadapan langsung dengan Kendall. “Iya saya akan jaga Yancy nanti di final dan siap untuk memberikan penjagaan yang terbaik.”

Vamiga bergabung bersama SM Pertamina sejak tahun 2012. Kariernya hampir habis ketika ia mengalami cedera Achilles rupture atau tendon achillesnya putus. Namun berkat usaha dan doa, Vamiga yang harus sabar menunggu selama tujuh bulan kembali ke lapangan usai operasi. Kini ia sudah mulai menemukan permainan terbaiknya.

Aksi comeback pebasket berpostur 192 cm ini pada seri keempat lalu di Solo, saat melawan Stapac Jakarta. Vamiga perlahan mendapat menit bermain yang lumayan.

Menurut Vamiga untuk menghilangkan trauma pasca-cedera lama, ia harus yakin dalam persiapan pertandingan. “Lebih ke persiapan sebelum gim, yang lebih matang dan berdoa biasanya itu rutinitas saya sebelum bertanding untuk menghindari trauma.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement