REPUBLIKA.CO.ID, VALETTA -- Malta akan menghadapi Spanyol dalam lanjutan kualifikasi Piala Eropa 2020, Rabu (27/3) dini hari. Pelatih timnas sepak bola Malta, Ray Farrugia, masih mengingat memori tidak mengenakan kala bertemu Spanyol di pertandingan internasional.
Sekitar 36 tahun lalu, ia dan rekan setimnya pernah mengalami kekalahan terbesar dalam sejarah Malta. Spanyol membantai Malta dengan skor 12-1. Pertemuan nanti seakan membangkitkan kembali kenangan kekalahan besar pada kualifikasi Piala Eropa 1984, yang sudah dikubur dalam-dalam.
"Sejujurnya, saya sampai tidak ingat siapa saja nama pemain Spanyol di pertandingan itu," kata Farrugia seperti dikutip dari Times of Malta, Selasa (26/3).
Menjelang pertandingan melawan Spanyol, ia menolak laga itu disebut sebagai momen balas dendam dirinya karena pernah dipermalukan Spanyol.
"Saya tidak percaya balas dendam. Kami hanya akan mencoba bermain sebaik mungkin di setiap pertandingan," ujar dia.
Sementara pelatih Spanyol, Luis Enrique, juga ingat momen tersebut. Ia mengatakan, saat itu menonton pertandingan itu kala dirinya masih remaja.
"Saya ingat ketika itu masih berusia 13 tahun, menonton pertandingan itu dengan keluarga. Menurut saya itu pertandingan yang bersejarah tentunya," kata Enrique.
Bukan tanpa alasan Enrique menganggap pertandingan itu bersejarah. Lima hari sebelum kejadian 1-12 itu, ternyata Malta juga mengalami kekalahan besar.
Belanda yang saat itu sederet pemain mentereng seperti Louis Van Gaal, Ronald Koeman, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard menumbangkan Malta dengan skor 5-0.
Kekalahan besar Malta oleh Belanda membuat jalan Spanyol agar dapat lolos ke Piala Eropa semakin sulit. Jika ingin lolos, Spanyol saat itu harus mencetak lebih dari 11 gol untuk mengungguli produktivitas gol Belanda. Lalu, terjadilah momen 12-1 tersebut yang mengakibatkan Belanda tidak lolos kualifikasi Piala Eropa 1984.