Rabu 27 Mar 2019 14:29 WIB

Bencana Rasialisme Sepak Bola Eropa Kian Parah

Kasus fan Montenegro telah dilimpahkan pada Komite Disiplin UEFA.

Ilustrasi aksi stop rasialisme.
Foto: EPA/Brendan McCarthy
Ilustrasi aksi stop rasialisme.

REPUBLIKA.CO.ID, PODGORICA -- Masalah rasial di sepak bola Eropa seolah tak pernah selesai. Setelah berbagai kasus rasialisme di Liga Primer Inggris dan Serie A Italia, kini rasialisme sudah menjamur hingga Piala Eropa. Puncaknya terjadi saat Inggris berhadapan dengan Montenegro dalam kualifikasi Piala Eropa 2020.

Tak tanggung-tanggung, Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) bahkan menyebut kasus rasial ini sebagai sebuah 'bencana'. Bagaimana tidak, sekelompok suporter Montenegro melakukan nyanyian bernada rasial, yang bisa dengan mudah didengar semua orang. Tindakan rasialisme tersebut diarahkan kepada beberapa pemain Inggris, termasuk Raheem Sterling, Danny Rose, dan Callum Hudson-Odoi.

Sterling yang mendengar nyanyian penghinaan tersebut kemudian bereaksi dengan menaruh tangannya di kuping, dengan mengarahkan kepada suporter Montenegro usai mencetak gol. Reaksi yang keras juga muncul dari presiden UEFA Aleksander Caferin.

''Ini bencana. Saya tidak percaya orang-orang seperti ini masih ada,'' kata Caferin dikutip dari Sky Sports, Rabu (27/3).

Caferin bahkan tidak dapat berkata banyak terkait persoalan ini. Ia menyatakan telah melimpahkan kasus tersebut kepada Komite Disiplin UEFA. Sikap keras juga dilakukan oleh pemerintah Montenegro. Menteri Pemuda dan Olahraga Montenegro, Nikola Janovic, mengutuk penghinaan terhadap pemain Inggris. Ia menegaskan bahwa rasialisme tidak lazim dilakukan di negaranya.

Janovic menyatakan, tidak ada ruang bagi rasialisme, chauvinisme, dan nasionalisme di Montenegro. ''Jika seorang individu dari sebuah kelompok benar-benar mengirimkan pesan yang tidak dapat diterima, saya dengan tegas mengutuknya, sebagai bagian dari Pemerintah dan Menteri Pemuda dan Olahraga Montenegro,'' tegas dia.

Sebagai mantan atlet dan kini seorang menteri, Janovic menyatakan kepada masyarakat internasional bahwa di negaranya tidak akan pernah menjadi basis untuk rasialisme, chauvinisme, dan nasionalisme. Menurut dia, semangat dari negaranya dalam menyambut pertandingan sepak bola sangat jelas dengan adanya karnaval saat pertandingan melawan Inggris maupun dalam pertandingan sebelumnya.

''Baik fan domestik maupun fan asing bertepuk tangan kepada lagu kebangsaan masing-masing, dan pemain tim tamu saat mereka mencetak gol,'' ujar Janovic.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement