Sabtu 13 Apr 2019 06:00 WIB

Eng Hian Evaluasi Tiga Ganda Putri

Evaluasi dilakukan setelah mengikuti tiga turnamen beruntun.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu.
Foto: Dok PBSI
Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih ganda putri Pelatnas PBSI, Eng Hian, mengevaluasi performa tiga pasangan ganda putri utama pelatnas. Evaluasi dilakukan setelah tiga ganda putri itu mengikuti tiga turnamen beruntun.

Kiprah Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Rizki Amelia Pradipta/Ni Ketut Mahadewi Istarani, dan Della Destiara Haris/Tania Oktaviani Kusumah, di ajang India Open Super 500, Malaysia Open Super 750, dan Singapore Open Super 500, menjadi bahan evaluasi sekaligus pertimbangan Eng menjelang kualifikasi menuju Olimpiade Tokyo 2020.

Greysia/Apriyani meraih hasil cukup baik dengan mempertahankan gelar juara di India Open 2019. Namun di turnamen selanjutnya, Malaysia Open 2019, Greysia/Apriyani dikalahkan oleh Rizki/Ketut.

Pada ajang India Open 2019, justru Rizki/Ketutyang dikalahkan oleh teman sendiri, yaitu Della/Tania. Di atas kertas, Rizki/Ketut lebih dijagokan karena Tania merupakan pemain yang lebih muda dan baru dipasangkan dengan Della. 

Penampilan Rizki/Ketut semakin menurun kala di Singapore Open 2019 dengan kalah telak di babak pertama oleh Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai dari Thailand dengan skor 10-21, 6-21. Pada pertemuan sebelumnya di kejuaraan beregu campuran Asia, Tong Yun Kai Cup 2019, Rizki/Ketut menang mudah atas pasangan Thailand tersebut dengan skor 21-13, 21-11.

"Hasilnya tak sesuai yang diharapkan, tapi per individu ada evaluasi plus minus yang harus dikaji lagi bersama. Contohnya, kenapa Rizki/Ketut bisa kalah dari Della/Tania? Greysia/Apriyani bisa kalah dari Rizki/Ketut? Kenapa Rizki/Ketut bisa kalah begitu drastis di Singapura, skornya jauh? Kenapa Rizki/Ketut kok performanya naik-turun, di Tong Yun Kai Cup menang, tapi di Singapura bisa kalah dengan skor telak? " kata Eng dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/4).

Namun, kata Eng, ada tren positif dari persaingan antarganda putri itu. "Seorang Tania yang baru dipasangkan dengan Della, dia baru naik dari level junior, bisa mengalahkan seniornya. Ada evaluasi buat yang mengalahkan dan yang dikalahkan," ujar Eng. "Saat Rizki/Ketut menang dari Greysia/Apriyani, saya pikir ini momentum untuk Rizki/Ketut melangkah lebih jauh, tapi kenapa pada saat di babak selanjutnya mainnya bisa drop sekali? Mungkin ada faktor kepuasan bisa mengalahkan teman sendiri?"

Pada ajang India Open 2019, prestasi tertinggi tim ganda putri Indonesia diraih Greysia/Apriyani yang menggondol gelar juara. Sedangkan di Malaysia Open 2019, Rizki/Ketut mencapai babak perempat final sebelum akhirnya dikalahkan oleh Li Yinhui/Du Yue dari Cina dengan skor 18-21, 16-21.

"Saya melihatnya lebih ke faktor non-teknis, tidak stabil. Kalau stabil contohnya seperti Greysia/Apriyani, mereka lebih banyak ke faktor teknik. Misalnya kemarin si A di posisi menyerang lagi kenapa, defense lagi kenapa. Ini lebih mudah buat saya untuk menginstruksikan dan membuatkan program, tapi kalau non-teknis, balik lagi harus berangkat nggak cuma dari saya, tapi dari atletnya," beber Eng.

Di Singapore Open 2019, pasangan Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto terhenti di babak kedua dari pasangan juara dunia 2018, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang), dengan skor 21-23, 17-21. Sedangkan Rizki/Ketut dan Della/Tania terhenti di babak pertama. Sementara, Greysia/Apriyani tak ambil bagian di Singapore Open.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement