Jumat 26 Apr 2019 12:37 WIB

Suporter Lazio yang Masih Memuja Diktator Italia Mussolini

Suar suara segelintir fan garis keras Lazio terdengar nyaring.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Suporter Lazio pada pertandingan  Piala Super Itali di Stadium Olimpico Roma, Ahad (13/8).
Foto: ANGELO CARCONI/EPA
Suporter Lazio pada pertandingan Piala Super Itali di Stadium Olimpico Roma, Ahad (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Menjelang bentrokan melawan AC Milan pada leg kedua semifinal Coppa Italia di Stadion San Siro, Kamis (25/4) dini hari WIB, sekelompok ultras Lazio menyanyikan lagi beraroma rasialis. Mereka juga melakukan aksi penghormatan kepada diktaktor fasis Italia Benito Mussolini.

Suar suara segelintir fan garis keras Lazio terdengar nyaring sebelum dan ketika pertandingan berlangsung. Alunannya bernada rasialis mengarah kepada para pemain Milan, khususnya Tiemoue Bakayoko dan Franck Kessie.

Baca Juga

Laziale memasang spanduk untuk menghormati Mussolini. Mereka juga melakukan penghormatan fasis di dekat La Piazzale Loreto, alun-alun Kota Milan, dimana sang diktator tersebut dieksekusi mati pada 1945.

Namun, pihak klub menegaskan mereka telah mengubur ideologi partai terdahulu karena berurusan dengan masalah nyata di dalam basis para penggemar. Mereka pun mengonfirmasi apabila 19 ultras yang ditangkap pihak kepolisian usai melakukan upacara penghormatan kepada Mussolini, bukan hanya dilakukan oleh seluruh suporter Lazio.

"Lazio menjauhkan diri dari manifestasi ini yang tidak ada hubungannya dengan olahraga dan bukan bagian dari logika politik. Penting untuk tidak mencampuradukkan hal ini. Tidak benar bahwa Laziale bernostalgia dengan fasisme," tegas juru bicara Lazio Arturo Diaconale kepada Radio CRC dan kantor berita ANSA, Jumat (26/4).

Pihak klub juga mengutuk aksi beberapa pendukungnya yang melakukan nyanyian bernada rasialisme. Tapi, dijelaskan Arturo, mereka tidak mendengar adanya nyanyian yang melecehkan ras lain, hal yang juga tidak didenger oleh wasit.

"Jika ada kelompok-kelompok tertentu yang ingin mewujudkan ide-ide politik (fasis) mereka, biarkan mereka melakukannya sehubungan dengan hukum," sambung Arturo.

Sejarah mencatat insiden rasialisme pendukung Lazio bukanlah hal yang mengejutkan. Sebelum Perang Dunia II, klub yang berbasis di ibu kota Italia itu memiliki ideologi politik yang sama seperti Benito Mussolini. Bahkan, diktaktor yang dekat dengan Adolf Hitler itu merupakan loyalis Lazio.

Sejak masih berusia dini, Mussolini kerap hadir di stadion ketika Gli Aquiloti bermain. Bukan rahasia apabila Laziale disebut squadra Mussolini karena pengaruh sang diktaktor yang masih menyerap di benak para pendukung Si Elang Biru.

Pada laga semifinal Coppa Italia Lazio sukses mengalahkan Milan dengan skor tipis 1-0. Gol semata wayang mereka dicetak Joaquin Correa pada menit ke-58. Nantinya, armada Simone Inzaghi akan bertemu Atalanta di partai final.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement