Jumat 26 Apr 2019 13:19 WIB

35 Tim Ikut Lomba Cross Country Hari Bumi Sedunia

Tujuan utama dari kegiatan itu menginventarisasi potensi objek wisata alam.

Peserta cross country (ilustrasi).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Peserta cross country (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI - Sebanyak 35 tim anggota pencinta alam di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dipastikan ikut dalam lomba cross country dalam rangka memperingati Hari Bumi sedunia yang akan berlangsung mulai 27-29 April 2019.

Kepala Bidang II Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Periskila Sampeliling mengatakan, tujuan utama dari kegiatan itu dalam rangka menginventarisasi potensi objek wisata alam, sekaligus kerusakan alam pasca bencana alam gempa bumi  7,4 skala Richter yang terjadi pada 28 September 2018.

Ia mengatakan, Kabupaten Sigi merupakan salah satu dari sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), selain Kota Palu dan Donggala yang terkena dampak besar bencana alam tersebut. Hingga kini, Balai Besar TNLL belum mengetahui secara pasti dampak bencana alam beberapa bulan lalu terhadap objek-objek wisata di kawasan konservasi yang menjadi kebanggaan, bukan saja masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Sigi dan Poso, tetapi Sulawesi Tengah.

"Melalui kegiatan ini sedikitnya bisa membantu mengiventarisasi potensi objek wisata yang belum tersentuh maupun tingkat kerusakan alam akibat dari bencana alam gempa bumi yang melanda sejumlah wilayah di Sulteng," kata dia di Sigi, Jumat (26/4). 

Periskila menjelaskan setiap tim terdiri atas tiga orang dengan membawah sejumlah perlengkapan yang dibutuhkan selama kegiatan berlangsung.

Kawasan TNLL ditetapkan UNESCO sebagai salah satu cagar biosfer di dunia pada 1977. Taman Nasional itu terletak di dua wilayah administrasi, yakni pemerintahan Kabupaten Poso dan sebagian lagi pemerintahan Kabupaten Sigi dengan total luas kawasan sekitar 217 ribu hektare.

Di sekitar kawasan konservasi terdapat sebanyak 76 desa sehingga terbilang rawan gangguan, terutama perburuan satwa langka, perambahan dan pencurian kayu/rotan. Namun, selama beberapa tahun terakhir ini, gangguan di dalam kawasan konservasi semakin berkurang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat sekitar terhadap kelestarian alam, hutan, dan satwa di dalamnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement