Jumat 10 May 2019 00:32 WIB

Dilema Pesepak Bola Muslim Berpuasa

Sebagian pesepak bola Muslim berpuasa, kendati rintangan yang dihadapi sangat berat.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Citra Listya Rini
Penyerang sayap Liverpool, Mohamed Salah.
Foto: Gareth Fuller/PA via AP
Penyerang sayap Liverpool, Mohamed Salah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  -- Umat Muslim sedunia sedang menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Bulan puasa ternyata bukan menjadi penghalang bagi para pesepak bola Muslim beraktivitas mencari nafkah di lapangan hijau. 

Meskipun harus diakui berpuasa bukanlah perkara mudah bagi pesepak bola. Dengan kewajiban dan perintah agama yang diyakini, terkadang pesepak bola agak bertentangan dengan kebutuhan pelatih dan klub.

Tak pelak hal itu memunculkan dilema dan kompleksitas di industri sepak bola. Setiap Ramadahan tiba, ada dua pertanyaan yang umum muncul, yaitu bagaimana pesepak bola Muslim menyikapinya, dan apakah hal tersebut akan mengganggu.

Justru sejauh ini belum ada pedoman tetap yang mendefinisikan tentang masalah ini. Meski demikian, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) yang membadani para pesepak bola dunia sudah memberikan perhatian soal hal ini. Di kompetisi sepak bola Indonesia dengan mayoritas Muslim, ada dua pengondisian yang umum dilakukan menyambut bulan puasa. 

Pertama, jadwal libur kompetisi akan lebih sering, baik pada awal atau akhir Ramadhan. Bahkan, bisa saja libur penuh selama sebulan. Sementara yang kedua, setiap latihan atau pertandingan digelar pada malam hari atau selepas buka puasa.

Di belahan bumi lain, khususnya Eropa, beberapa pesepak bola Muslim berhadapan dengan dilema keimanan menyambut Ramadhan. Di tengah kesibukan, mereka dituntut tidak makan dan minum sejak terbit hingga terbenam matahari.

Sebagian memutuskan tetap berpuasa, kendati rintangan yang dihadapi sangat berat. Bagaimana tidak, dengan kompetisi memasuki tahap akhir di Eropa, mereka harus selalu fit dalam menjalani latihan dan pertandingan. Tak heran, ada pemain yang memutuskan tidak berpuasa selama Ramadhan.

Keputusan itu bisa dimaklumi. Apalagi waktu puasa di sebagian besar negara Eropa bisa lebih panjang ketimbang wilayah lain di bumi ini, termasuk Timur Tengah atau pun dataran Asia. Jika umat Muslim di Asia hanya butuh sekitar 12 jam berpuasa dalam sehari, di beberapa negara Eropa bisa sampai 16-22 jam per hari.

Alhasil, bagaimana solusi permasalahan sepak bola di Negeri Biru. Salah satu catatan pengalaman mantan penyerang tim nasional Mesir, Amr Zaki, yang sempat membela Wigan Athletic pada kompetisi Liga Primer Inggris 2008/2009 bisa menjadi contoh nyata.

photo
Mesut Oezil

Ia pernah menghadapi dilema keimanan dan tuntutan profesionalitas sebagai pesepak bola. Pelatih Wigan kala itu, Steve Bruce, meminta Zaki memilih antara berpuasa atau bermain. Zaki tak punya pilihan selain berbohong. Meski tetap berpuasa, dia justru mengaku hal sebaliknya kepada Bruce.

Berbeda hal dengan gelandang Arsenal berdarah Turki, Mesut Oezil, yang lebih sering menangguhkan puasa selama Ramadhan. Apa yang dijalani Oezil pun banyak dilakukan sebagian besar pesepak bola Muslim yang pernah berkarier di Eropa.

Sebut saja Nicolas Anelka, Marouane Chamakh, Nathan Ellington, dan beberapa nama lain. Bahkan, Anelka pun punya alasan kuat untuk tak berpuasa penuh selama Ramadhan. 

Penyerang sayap Liverpool asal Mesir, Mohamed Salah, dikenal sebagai salah satu Muslim yang taat. Akan tetapi, ada beberapa momen ketika Salah memutuskan menangguhkan puasa Ramadhan. Salah satunya ketika Liverpool menghadapi Real Madrid pada final Liga Champions, 25 Mei 2018.

photo
Mohamed Salah

Awalnya, Salah berniat untuk tetap berpuasa. Namun, masukan dari beberapa pihak, termasuk pelatih Juergen Klopp, membuatnya mengalah. Alhasil, Salah terpaksa menangguhkan puasa sejak menjelang pertandingan final.

Hal yang baru-baru ini terjadi adalah pemain Muslim Ajax Amsterdam tetap menjalani ibadah puasa saat menghadapi Tottenham Hotspur pada leg kedua semifinal Liga Chamions. Bahkan, Noussair Mazraoui dan Hakim Ziyech memulai laga sejak menit awal.

Kedua pemain, yang berasal dari Maroko tampil penuh hingga menit akhir. Dia tertangkap kamera berbuka puasa pada menit ke-21 dengan mengambil sebuah asupan berenergi. Hakim Ziyech yang dikabarkan sebelumnya bakal berpuasa. Tapi, tak ada kamera yang menyorot Ziyech sedang mengonsumsi makanan atau minum.

photo
Hakim Ziyech

Terlepas dari semua itu, pendekatan pesepak bola Muslim memang berbeda-beda dalam menghadapi puasa Ramadhan sambil menyeimbangkan kebugaran. Pilihan pun tidak lantas membuat mereka bisa dilabeli sebagai Muslim yang kurang taat.

 
 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement