REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggara Formula One (F1) resmi mengumumkan sirkuit Zandvoort, Belanda, sebagai arena terbaru mulai musim balap 2020. Hal tersebut menandai berakhir masa penantian sirkuit tersebut selama 35 tahun.
Tahun 1985 menjadi tahun terakhir diselenggarakannya F1 di lintasan yang terletak tak jauh dari Amsterdam itu. Pihak F1 menyatakan, kontrak sirkuit Zandvoort akan berlangsung selama tiga tahun atau 2023. CEO F1, Chase Carey menyampaikan rasa antusiasnya menyusul kesepakatan kontrak yang baru saja diteken. Menurutnya, bertambahnya sirkuit di Eropa menandakan penghargaan sejarah bagi olahraga tenaga mesin itu.
"Minat masyarakat Belanda terhadap balapan sangat tinggi, terutama karena ada Max Verstappen yang berasal dari sana," kata Carey seperti dilansir laman resmi F1.
Senada dengan itu, Presiden Federasi Automobil Dunia, Jean Todt menyatakan kegembiraannya terhadap keputusan F1 kembali ke Belanda setelah puluhan tahun. Jean menegaskan bahwa pihak penyelenggara saat ini harus bekerja ekstra keras dalam aspek standar keamanan lintasan dan kenyamanan bagi para peserta balap.
"Tak dapat diragukan lagi, akan ada lautan oranye di tribun tahun depan," ujarnya.
Di sisi lain, bertambahnya sirkuit Zandvoort membuat balap F1 menjadi 23 dari 21 edisi, bersamaan dengan digelarnya GP seri Vietnam. Hal itu menjadikan sirkuit benua Eropa yang menghelat F1 menjadi 12 kali. Angka tersebut semakin mendominasi benua biru dalam gelaran F1.
Saat ini, ada enam sirkuit di benua Asia (Australia, Bahrain, Cina, Singapura, Jepang, UEA) dan hanya empat lintasan di benua Amerika (AS, Meksiko, Brasil, Kanada) yang menyelenggarakan balapan.
Di atas kertas, sirkuit yang memiliki sertifikasi dari federasi utomobil internasional juga mendominasi. Menurut data FIA per Desember 2018, tercatat 126 sirkuit yang bersertifikat: 41 sirkuit tingkat pertama dan 85 sirkuit tingkat kedua. Dari 41 sirkuit tingkat pertama, sebanyak 23 di antaranya berada di benua Eropa dengan Jerman sebagai negara dengan sirkuit terbanyak. Sementara di tingkat kedua, dari 85 sirkuit, tercatat 37 sirkuit berada di benua yang sama.
Sementara di benua Asia, hanya ada 40 sirkuit dengan 17 bersertifikat tingkat pertama dan 23 lainnya di tingkat kedua. Indonesia tak termasuk negara dengan sirkuit yang bersertifikasi kedua tingkat versi FIA. Pendanaan pembangunan suatu sirkuit menjadi salah satu penyebab mandeknya gelaran olahraga balap di suatu negara.
Belum lama ini, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro mengumumkan pemindahan sirkuit balap F1 dari sirkuit Interlagos, Sao Paulo, ke sirkuit Jacarepagua di Rio de Janeiro. Hijrahnya arena balap itu disebabkan karena kontraktor tak mendapat dukungan dana serta terlilit utang.
"Manajemen F1 telah memutuskan untuk mempertahankan Grand Prix di Brasil, tetapi Sao Paulo menjadi tempat yang kurang praktis karena kondisi dukungan finansial dan hutang yang ada di sana," kata Bolsonaro seperti dilansir Motorsport, Kamis (9/5).
Senada dengan itu, Indonesia mulai berbenah seiring pembangunan sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, yang direncanakan bakal menjadi arena balap MotoGP. Pembangunan lintasan yang berkonsep buka-tutup itu pun mengandalkan pinjaman Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) secara bertahap, hingga mencapai Rp 3,6 T.
Meski demikian, masih ada optimisme bagi sirkuit yang jauh dari benua Eropa untuk mewujudkan mimpi adanya arena balap yang dipakai untuk gelaran F1 ataupun MotoGP. Di Vietnam, pemerintah, penyelenggara, dan pemodal bekerjasama membangun sirkuit Hanoi dengan merancang lintasan yang mirip seperti Mandalika dan Monako. Terletak di jantung kota, sirkuit tersebut 'memakan' sekitar dua per tiga jalan raya aktif demi perhelatan akbar tersebut.