Senin 27 May 2019 14:23 WIB

Peringkat Tiga Piala Sudirman, Hasil Maksimal bagi Indonesia

Ini peringatan bagi PBSI yang kembali gagal di ajang beregu.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Tim Indonesia berfoto bersama saat penganugerahan Piala Sudirman di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Ahad (26/5/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Tim Indonesia berfoto bersama saat penganugerahan Piala Sudirman di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Ahad (26/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia harus puas menempati peringkat tiga di turnamen bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman 2019. Indonesia hanya mendapat medali perunggu bersama Thailand setelah ditaklukkan Jepang di partai semifinal dengan skor 1-3.

Piala yang namanya diambil dari nama tokoh bulu tangkis Indonesia ini, kembali ke pangkuan Cina, setelah menang telak 3-0 dari Jepang di partai final. Mengenai hasil ini mantan pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Luluk Hadiyanto kepada Republika.co.id, Senin (27/5) menyatakan kalau hasil ini sudah maksimal.

“Saya rasa itu adalah hasil maksimal yang dicapai oleh tim Sudirman Indonesia. Secara peringkat dan kualitas memang pemain-pemain Jepang unggul dari pemain Indonesia.  Hanya di sektor ganda putra, Indonesia unggul dan dalam pertandingan kemarin keunggulan itu dapat dimanfaatkan dengan baik,” ujar Luluk yang pernah menjadi bagian tim iIala Sudirman Indonesia pada tahun 2003, 2005. dan 2007 ini.

Mantan pemain nomor satu dunia kala berpasangan dengan Alvent Yulianto ini menilai, bermain di nomor beregu memiliki beban yang lebih berat. Sehingga bisa saja jika di turnamen perorangan membuat kejutan, namun di ajang beregu lebih sulit. “Kalau kejuaraan single event kita membawa nama sendiri dan beban kita sendiri yang menanggung, kalau kejuaraan beregu tentu beban menjadi lebih besar karena kita diharapkan menyumbang poin untuk tim, sehingga kalah dan menang ketika kita diturunkan akan sangat berpengaruh,” ungkapnya.

Sementara itu pemerhati bulu tangkis, Broto Happy Wondomisnowo, menyoroti kegagalan kali ini membuat piala kebanggaan Indonesia jadi lebih lama lagi kembali ke pangkuan ibu pertiwi. “Target PBSI untuk merebut Puala Sudirman kembali gagal. Rasanya akan makin lama piala itu melalangbuana di mancanegara.”

Broto menambahkan, ini peringatan bagi PBSI yang kembali gagal di ajang beregu. “PBSI jangan hanya puas sebagai penyelenggara turnamen (seperti Indonesia Terbuka) terbaik saja. Yang selalu dikenang itu prestasi besar pemain yang diukir di pentas internasional.”

Kegagalan ini, lanjut Broto, juga menunjukkkan kualitas individu pemain Indonesia masih kalah kelas dibanding negara lain. PBSI harus kerja keras meningkatkan performa pemainnya

“Kalah melawan Jepang, sudah bisa diduga sejak awal. Amunisi kita cuma kuat di ganda putra. Sementara di empat nomor yang lain kita kalah kualitasnya. Untuk bisa menang atas Jepang dan merebut Piala Sudirman, kita harus memiliki amunisi yang kuat paling tidak di tiga nomor,” jelas Broto. “Kegagalan ini bisa saja memengaruhi kepercayaan diri pemain untuk menghadapi kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 yang sudah dimulai sejak akhir April 2019. Tetapi saya berharap pemain dapat bangkit untuk bisa mengukir prestasi internasional lainnya.”

Indonesia terakhir kali merebut gelar juara piala Sudirman adalah saat pertama kali ajang ini digelar, yakni pada tahun 1989. Ketika itu ajang ini digelar di Jakarta, meski sempat tertinggal 0-2 dari Korea, Indonesia bisa bangkit.

Diawali dari kemenangan Susy Susanti yang mengalahkan Lee Hyung Suk. Kemudian tunggal putra Eddy Kurniawan dan ganda campuran Eddy Hartono/Verawati Fajrin menyumbang angka dan membuat Indonesia menang 3-2 dan berhak meraih Piala Sudirman.

Namun setelah itu Indonesia selalu gagal merebut kembali trofi yang terukir Candi Borobudur pada puncak tersebut.

Berikut catatan Indonesia selama mengikuti ajang Piala Sudirman:

- Tahun 1989: Juara, menang 3-2 atas Korea Selatan

- Tahun 1991: Runner-up, kalah 2-3 dari Korea Selatan

- Tahun 1993: Runner-up, kalah 2-3 dari Korea Selatan

- Tahun 1995: Runner-up, kalah 1-3 dari Cina

- Tahun 1997: Semifinal, kalah 2-3 dari Cina

- Tahun 1999: Semifinal, kalah 2-3 dari Denmark

- Tahun 2001: Runner-up, kalah 1-3 dari Cina

- Tahun 2003: Semifinal, kalah 1-3 dari Cina

- Tahun 2005: Runner-up, kalah 0-3 dari Cina

- Tahun 2007: Runner-up, kalah 0-3 dari Cina

- Tahun 2009: Semifinal, kalah 1-3 dari Korea Selatan

- Tahun 2011: Semifinal, kalah 1-3 dari Denmark

- Tahun 2013: Perempat final, kalah 2-3 dari Cina

- Tahun 2015: Semifinal, kalah 1-3 dari Cina.

- Tahun 2017: Tersingkir di babak penyisihan grup

- Tahun 2019: Semifinal. kalah 1-3 dari Jepang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement