Kamis 06 Jun 2019 05:00 WIB

PSSI Diminta Serius Wujudkan Penggunaan VAR

Pengamat menilai masalah anggaran jangan dijadikan alasan batalkan penggunaan VAR

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Bayu Hermawan
Pesepak bola Bali United, Paulo Sergio (kedua kiri), berupaya melewati pesepak bola Bhayangkara FC, Anderson Aparecido Salles dalam pertandingan Sepak Bola Liga 1 2019 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Selasa (21/5).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Pesepak bola Bali United, Paulo Sergio (kedua kiri), berupaya melewati pesepak bola Bhayangkara FC, Anderson Aparecido Salles dalam pertandingan Sepak Bola Liga 1 2019 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Selasa (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Sepak Bola Nasional, Eko Noer Kristiyanto meminta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) serius untuk mewujudkan penggunaan video bantuan wasit (VAR) dalam kompetisi sepak Bola Indonesia. Eko mendengar kabar PSSI keberatan dengan anggaran yang cukup besar untuk mewujudkan teknologi tersebut.

Mengetahui PSSI akan tetap mewujudkan hal itu, Eko berharap PSSI konsisten dengan keputusan yang telah diambil. "Selama ini permasalahan PSSI kan inkonsistensinya ya, kan dari awal BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) sempet saran kesana (VAR) sebagai salah satu cara membackup kualitas wasit itu kan VAR, terus kemarin akhirnya ngomong mau pakai VAR. Berarti intinya harus konsisten aja, kalau misalkan hal diyakini baik, ya harus konsisten," kata Eko kepada Republika.co.id.

Baca Juga

Dia menyayangkan jika wacana penggunaan VAR yang telah terlanjur dikemukakan kepada publik itu tidak terealisasi tahun ini. "Kalau bisa tahun ini lebih bagus, karena kalau ditunda tahun depan dan setelah melewati KLB (Kongres Luar Biasa) nanti komitmen pengurus yang baru bisa dikejar nggak? Jadi ya kita kejar pas di pengurusan saat ini aja," katanya.

Selain itu, menurutnya yang jauh lebih penting dari VAR itu sendiri adalah kembalinya kepercayaan publik terhadap sepak bola Indonesia. Menurutnya sejak Liga 1 2019 bergulir, ada beberapa keputusan wasit yang salah dan merugikan pihak tertentu. Hal ini tentu semakin mengikis kepercayaan publik terhadap kapasitas wasit di lapangan.

"Penggunaan VAR itu minimal bisa mengembalikan tingkat kepercayaan publik, karena selama ini putusan wasit seperti pada pekan pertama Sleman vs Semen Padang itu dipertanyakan. Jadi belum ada beberapa pekan ini keputusan wasit sudah dipertanyakan," ujarnya.

Namun, dia meminta agar penggunaan VAR tetap hanya sebagai penunjang kerja wasit di lapangan saat mengambul keputusan-keputusan krusial. Dia menyebutkan, yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas wasit atau sumber daya manusianya. "Jangan sampai gara-gara ada VAR kualitas wasit seperti pelatihan-pelatihan nggak diperhatiin," kata dia.

Namun, mengenai kemungkinan adanya biaya yang dibebankan kepada klub untuk merealisasikan VAR, dia meminta PSSI melakukan kajian lebih jauh. Menurutnya, tidak semua klub akan setuju dengan beban yang diberikan padanya. Pasalnya, untuk menggaji pemain saja banyak klub yang menunggak.

"Itu harus diobrolin terlebih dahulu, minimal harus persetujuan klub, jangan sampai klub merasa ditekan juga. Jangan jauh-jauh pakai VAR lah, ini gaji saja banyak yang menunggak, ini harus diperhitungkan dengan matang. Kalau dibebankan ke klub, bisa aja ada klub yang setuju tapi pasti ada juga yg menolak, klub-klub besar aja belum tentu mau," jelasnya.

Menurutnya, jika PSSI hendak memaksakan adanya VAR maka PSSI harus konsisten. "Jangan sampai gara-gara anggaran tidak jadi, menurut saya hal yang memalukan (jika batal karena anggaran), bukan menganggap enteng masalah anggaran, tapi kan federasi ya harus cari cara buat bisa mengadakan uang itu," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement