Ahad 16 Jun 2019 15:13 WIB

Sering Kena Sanksi, Arema FC Bakal Berbenah

Sanksi dan denda ratusan juta rupiah berpengaruh pada keuangan Arema.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Endro Yuwanto
Pesepak bola Arema FC melakukan latihan dengan mengenakan jersey baru dalam Peluncuran Tim dan Jersey Arema FC Musim Kompetisi 2019 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (4/5/2019).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pesepak bola Arema FC melakukan latihan dengan mengenakan jersey baru dalam Peluncuran Tim dan Jersey Arema FC Musim Kompetisi 2019 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (4/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Liga 1 Indonesia 2019 baru saja dilaksanakan dalam waktu sebulan. Di waktu yang begitu singkat, Arema FC justru sudah menerima tiga sanksi dari tiga pertandingan.

"Dalam tiga laga yang dijalani Arema, dua di antaranya berbuah sanksi denda. Total dendanya Rp 125 juta," kata Media Officer (MO) Arema FC Sudarmaji melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Ahad (16/6).

Sanksi pertama diperoleh saat Arema FC bertandang ke PSS Sleman, Rabu (15/5). Denda berikutnya didapatkan ketika menjamu Persela Lamongan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (27/5). Sanksi pada pertandingan kandang diterima karena Aremania terbukti telah menyalakan flare dan petasan di tribun timur.

Dengan adanya besaran denda tersebut, Sudarmaji mengaku, itu sangat berpengaruh pada keuangan klub. Apalagi skuat Singo Edan memperoleh pemasukan secara mandiri. Untuk itu, klub dalam waktu dekat akan berbenah diri. "Kami butuh kerja sama yang baik antara semua pihak termasuk penonton dan Aremania," jelas dia.

Sudarmaji menegaskan, pihaknya tidak akan putus asa dalam menyosialisasikan ketentuan kepada Aremania. Dalam hal ini, suporter harus tahu penggunaan flare dan sejenisnya dilarang di pertandingan. Tak hanya di laga senior, tapi juga semua kompetisi kelompok umur di Elite Pro Academy.

Dalam waktu dekat, Arema FC juga berencana akan mengajak Aremania berdiskusi. Kegiatan ini kemungkinan akan dikemas dalam bentuk halal bihalal untuk saling memberikan pemahaman. "Jadi sanksi ini menjadi momentum bersama dalam berbenah. Tidak ada yang patut disalahkan. Yang patut disalahkan, jika kami tidak bergerak, bertemu,  berdiskusi, dan bersolusi," kata Sudarmaji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement