Rabu 19 Jun 2019 05:43 WIB

Akhir Cerita Pangeran Roma

Totti merasa tak dianggap karena para petinggi Roma lainnya tak dengarkan sarannya.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Fransesco Totti
Foto: Alessandro Di Meo/ANSA via AP
Fransesco Totti

REPUBLIKA.CO.ID, Selesai sudah hubungan profesional antara Fransesco Totti dengan AS Roma. Sebuah perjalanan panjang.

Totti menjadi bagian dari I Lupi sejak 1989 silam. Kala itu ia berstatus penggawa akademi klub ibu kota Italia tersebut. Kini pada 2019, sang pangeran meninggalkan jabatan Direktur La Magica.

Baca Juga

Selama 30 tahun, Totti bercinta dengan AS Roma. Status legenda hidup pun tersemat padanya. Sah-sah saja.

Bukan keagungan di akhir episode sang legenda di Stadion Olimpico. Tapi kemurkaan. Ya, pria kelahiran Roma 42 silam ini meninggalkan klub dengan nada ketidakpuasan.

"Ada masalah selama dua tahun terakhir antara saya dengan beberapa direktur Roma yang membuat saya membuat keputusan ini," kata Totti, dikutip dari Football Italia, Selasa (18/6).

Totti menegaskan akan selalu menjadi Romanisti. Klub tersebut telah menjadi bagian hidupnya. Semacam oksigen dan darahnya.

Tapi untuk berpartipasi dari dalam, ia angkat tangan. Seperti membuncah. Kemarahan yang terpendam menyeruak.

Totti merasa tak dianggap. Para petinggi lain tidak mendengarkan sarannya. Ia mencontohkan bagaimana proses Giallorossi mendatangkan pelatih Paulo Fonseca.

Dengan segala hormat kepada Fonseca, ia lebih memilih Antonio Conte. Menurut Totti, hanya Conte yang bisa melakukan revolusi di Roma. Tapi pertimbangannya tidak memenangaruhi keputusan klub.

"Satu-satunya pelatih yang saya hubungi hanya Conte," ujar Totti menegaskan.

photo
Francisco Totti dilempar ke udara oleh rekan setimnnya menjalani pertandingan terakhir bersama AS Roma.

Pun ketika memilih pemain incaran. Ia sempat menyarankan Roma membeli winger Ajax Amsterdam, Hakim Ziyech. Namun manajemen justru mendatangkan Javier Pastore.

Totti tidak meragukan kualitas Pastore. Namun saat itu Roma memakai skema 4-3-3. Jelas eks PSG itu tidak cocok dengan taktik ini. Belum lagi persoalan cedera kerap menimpa pria Argentina tersebut.

Selanjutnya soal kegagalan I Lupi. Klub tersebut sampai memecat Eusebio di Fransesco sebelum digantikan oleh Claudio Ranieri.

Menurut Totti, kurang elok, jika semua hasil negatif menjadi tanggung jawab Di Fransesco. Sang allenatore pernah meminta tambahan empat pemain. "Mereka tidak membeli satu pun," ujar tokoh 42 tahun ini.

Totti menegaskan, dirinya tak pernah membenci Presiden Roma James Pallota. Namun ia meminta sang petinggi harus lebih banyak berkunjung ke klub. Pallota menetap di Boston, Amerika Serikat, sehingga tidak banyak mendapat informasi akurat tentang I Lupi.

Menurut Totti, para petinggi Roma berutang kepada penggemar. Semua elemen bisa datang dan pergi. Tapi kecintaan penggemar Romanisti, abadi. "Ini kota yang indah, cerah, dan tentu saja, memiliki penggemar yang terbesar dari semuanya," ujar dia.

Totti tak pernah menutup pintu untuk pulang. Andai harus kembali, Totti ingin sebuah perubahan. Ia tak mau jika harus bekerja sama dalam dinasti Pallota.

Sang Presiden memahami jika legenda klubnya sejenak beristirahat. Pallota tak pernah memungkiri pengaruh besar Totti pada Roma. Pemikiran sang legenda tetap dibutuhkan I Lupi.

Namun Pallota membantah, jika Totti merasa tak dilibatkan dalam pengambilan penting. Menurutnya semua berjalan fair. Berbagai elemen menjalankan tugas sesuai perannya masing-masing. "Kami bekerja sebagai tim, kami membuat keputusan sebagai tim, dan tentu saja Fransesco menjadi bagian dari setiap keputusan sepak bola kami buat, tentu saja setelah Monchi pergi," ujar dia menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement