Rabu 19 Jun 2019 08:10 WIB

Blatter Pojokkan Platini Soal Suap Piala Dunia 2022

Blatter mengungkapkan, pertemuan di Paris merupakan jalan mulus bagi Qatar.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Michel Platini
Foto: EPA-EFE/Julien de Rosa
Michel Platini

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Michael Platini menyangkal tuduhan ia terlibat suap dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun pernyataan mantan Presiden FIFA Sepp Blatter justru memojokkan legenda sepak bola Prancis ini. Blatter mengungkapkan, pertemuan di Paris merupakan jalan mulus bagi Qatar menjadi penyelenggara pesta sepak bola terbesar empat tahunan itu.

Blatter menyatakan, ada pertemuan di Paris yang melibatkan Presiden UEFA Platini, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, serta tokoh terkemuka Qatar Pangeran Tamim bin Hamad Al-Thani pada Desember 2010 lalu. Dari situ, kata Blatter, muncul sebuah kesepakatan baru. Platini tidak akan memberikan suaranya untuk Amerika Serikat sebagai pesaing bagi Qatar untuk memenangkan langkah mereka di Piala Dunia 2022.

Baca Juga

Setelah penangkapan Platini oleh pihak kepolisian dan komite antikorupsi Prancis (OCLCIFF) di daerah pinggiran Ibu Kota Paris, Selasa (18/6) pukul 04.30 waktu setempat, Blatter menyatakan, Platini ikut serta dalam memutuskan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

"Platini menelepon saya dan berkata, 'Dengar, presiden, perjanjian (untuk AS) yang telah kita buat di dalam komite eksekutif FIFA akan mengalami kesulitan untuk berjalan,'" kata Blatter kepada Associated Press selepas penangkapan Platini pada Selasa (18/6) malam waktu setempat.

Platini melalui juru penasehat hukum William Bourdon menyangkal tuduhan praktik korupsi. Legenda timnas Prancis dan Juventus menyebut dirinya hanya dijadikan saksi untuk penjelasaan kasus suap Piala Dunia 2022.

Sebelumnya, FIFA mengatakan pihaknya akan kembali berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan pihak berwenang di negara mana pun di mana penyelidikan dilakukan sehubungan dengan kegiatan sepak bola.

Dalam pemungutan suara Piala Dunia 2010 dan 2022 yang terjadi pada 2 Desember 2010 telah menghasilkan Rusia dan Qatar sebagai pengumpul suara terbanyak. Dalam proses pemungutan suara, FIFA menerapkan sistem putaran dengan menyatakan tim yang lebih dahulu mengumpulkan suara mayoritas sebagai pemenang.

Untuk Piala Dunia 2022, pemungutan suara berjalan sengit hingga empat putaran. Australia jadi kandidat pertama yang tereliminasi setelah hanya mengumpulkan satu suara. Menyusul Jepang dan Korea Selatan di putaran kedua dan ketiga.

Qatar yang mengumpulkan sepuluh dan 11 suara, akhirnya memastikan diri sebagai pemenang pada putaran keempat mengalahkan pesaing terkuat Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement