REPUBLIKA.CO.ID, WIMBLEDON -- Petenis berusia 15 tahun asal Amerika Serikat (AS), Cori 'Coco' Gauff menyita perhatian penikmat tenis dunia. Ini setelah ia mengalahkan petenis kawakan, Venus Williams, di ajang Grand Slam Wimbledon, Senin (1/7) waktu setempat.
Laga putaran pertama itu mempertemukan peserta termuda, Coco, yang merupakan seorang siswi setingkat SMA dan Venus sebagai atlet tertua di kejuaraan itu dengan usia 39 tahun.
Coco mengikuti turnamen itu melalui jalur kualifikasi berkat perolehan wildcard. Namun, ia mampu menundukkan Venus dua set langsung dengan skor akhir 6-4 dan 6-4. Ini menjadikannya sebagai petenis termuda pertama sejak 1991 yang berhasil menang di laga pertamanya.
Mengetahui dirinya menang, Coco sontak melepas raket dari tangannya dan berlinang air mata. Ia lantas menghampiri Venus untuk berjabat tangan di tengah lapangan. Terlihat sang Ayah menghampiri Coco yang terlihat seperti tidak percaya dengan kemenangannya.
"Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana perasaan saya. Ini pertama kalinya saya menangis setelah pertandingan," kata Coco seperti dilansir AP, Selasa (2/7).
Tangisan Coco bukan tanpa alasan. Pasalnya, ia baru pertama kali ikut turnamen Wimbledon melalui jalan yang terjal dan langsung menghadapi petenis dengan pengalaman 100 laga Wimbledon.
Saat Coco baru lahir pada 2004 silam, Venus sudah menjajaki posisi pertama petenis dunia dengan koleksi empat dari total tujuh gelar grand slam-nya, dan dua dari empat medali emas olimpiade.
Coco mengungkapkan, sempat merasa tak percaya diri karena usia yang masih belia dengan pengalaman yang minim. Namun, lanjutnya, sang ayah motivator agar ia terus berjuang meski tak mengetahui hasil akhir. "Saya hanya ingin menjadi yang terbaik. Ayah saya yang mengajarkan itu saat mulai bermain tenis di usia 8 tahun. Kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi," ujar dia.
Kenyataannya, Coco dapat menembus salah satu kejuaraan tenis top dunia, meski saat ini ia tak termasuk dalam petenis peringkat 300 besar.
Sebelumnya, Coco sudah dua kali tampil di partai puncak kejuaraan junior dalam dua tahun terakhir. Coco berhasil menjadi finalis Amerika Serikat Terbuka saat usianya masih 13 tahun dan pertama kali merebut tampuk juara Prancis Terbuka junior setahun kemudian.
Venus Williams
Sementara itu sang ayah, Corey, mengaku masih tak percaya anaknya dapat memenangkan pertandingan kontra Venus. Saat baru tiba di lapangan, ia melihat hampir seluruh penonton meminta berswafoto dan bertepuk tangan untuk Venus.
Berbanding terbalik dengan itu, Corey tak melihat hal serupa yang diterima anaknya. Ia dapat maklum karena orang-orang belum mengenal anaknya yang tampil sebagai debutan. "Ini seperti tidak nyata, melihat semua dukungan terhadap dia (Venus). Tapi saya yakin Coco sangat percaya diri, saya hanya berpesan untuk menikmati pertandingan Wimbledon pertamanya," ucap dia.
Corey mengatakan, kini anaknya merasa semakin percaya diri atas kemenangannya. Tetapi, sebagai orang tua ia sudah mengingatkan bahwa hasil impresif anaknya masih sebuah permulaan dalam sebuah perjalanan karier.
Di sisi lain, Venus yang secara mengejutkan ditekuk di awal kejuaraan pun tak menyangka dapat kalah begitu cepat. Ia menilai bahwa Coco menampilkan performa layaknya seorang bintang masa depan. "Ia bermain sangat baik, tapi saya tidak. Ia melewati batas (kemampuan) itu," kata dia.
Kekalahan pemaim unggulan di Wimbledon tak hanya dialami Venus. Petenis wanita lainnya, Naomi Osaka harus kehilangan takhta peringkat nomor satu dunia setelah kalah 7-6 (4) dan 6-2 dari petenis Kazakhstan, Yulia Putinseva.
Naomi kini berada di peringkat dua setelah disalip Ashleigh Bartey dari Australia. Tumbangnya dua bintang ini menandakan terbukanya iklim persaingan yang lebih terbuka.