Jumat 05 Jul 2019 15:45 WIB

Peru yang Tampil Mengejutkan di Copa America 2019 Brasil

Setelah 44 tahun, Peru kembali merasakan partai puncak Copa America.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Endro Yuwanto
Pemain Cile Arturo Vidal berebut bola dengan pemain Peru Yoshimar Yotun (kanan) dalam pertandingan semifinal Copa America 2019, Kamis (4/7) pagi WIB.
Foto: EPA
Pemain Cile Arturo Vidal berebut bola dengan pemain Peru Yoshimar Yotun (kanan) dalam pertandingan semifinal Copa America 2019, Kamis (4/7) pagi WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, PORTO ALEGRE -- Tahun 1975 merupakan terakhir kali Peru mencapai final Copa America saat mengalahkan Kolombia 1-0. Kini, setelah 44 tahun, the Incas kembali merasakan partai puncak kompetisi sepak bola tertinggi Amerika Latin tersebut.

Peru dengan meyakinkan menaklukkan juara bertahan Cile dengan skor 3-0, Kamis (4/7). Peru sudah mengungguli Cile dua gol tanpa balas di babak pertama lewat gol dari Flores dan Yotun.

Guerrero kemudian menutup kemenangan Peru setelah mencetak gol jelang pertandingan berakhir. Kemenangan Peru ini juga tidak terlepas dari penampilan apik kiper Pedro Gallese, yang beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang. Cile punya peluang memperkecil ketertinggalan setelah mendapatkan penalti di masa injury time. Namun Eduardo Vargas gagal melakukan tugasnya dengan baik setelah tendangan ala panenkanya ditebak oleh Gallese.

Peru di bawah asuhan pelatih Ricardo Gareca memang tampil beringas. The Incas telah tampil di Piala Dunia 2018 dan kemudian mampu tampil di Copa America 2019. Maret lalu, saat Peru mengalahkan Paraguay dan kalah dari El Salvador, Ricardo Gareca menghibur timnya bahwa mampu melawan siapa pun.

Padahal, Peru tidak masuk dalam hitungan tim yang akan memberikan perlawanan ketat. Peru sudah kalah 0-5 oleh tuan rumah Brasil di fase grup. Bahkan Peru lolos ke perempat final hanya dengan predikat peringkat ketiga terbaik, dengan hanya sekali menang.

Peru kemudian mampu mengalahkan tim unggulan yang diisi para pemain bintang, Uruguay. Kali ini, giliran Cile yang merasakan ganasnya Peru di bawah asuhan Ricardo Gareca. Kunci dari kemenangan Peru adalah para penyerang yang menunjukan efektivitas di lapangan, dengan Renato Tapia yang mampu bertarung dengan Arturo Vidal, Andre Carrillo, dan Edison Flores.

Sementara Cile, dari awal sudah diragukan karena masih menggunakan skuat yang sama saat menjuarai Copa America sebelumnya. Paling tidak ada delapan pemain Cile yang berusia 29 tahun atau lebih menjadi starter dalam laga tersebut. Namun memang serba salah bagi pelatih Cile Reinaldo Rueda. Ia pernah mencoba membawa pemain muda di skuatnya, tapi ketika itu Cile langsung dibantai Peru 0-3 dalam pertandingan persahabatan di Miami, Amerika Serikat.

Sehingga tekanan Cile untuk memanggil pemain senior pun kian menguat. Namun akibatnya, Cile harus kewalahan mengimbangi kecepatan pemain Peru yang beberapa kali melakukan serangan cepat. Apalagi, Peru mengandalkan full-back untuk melakukan serangan. Sehingga saat serangan balik, para penggawa Cile kewalahan untuk balik ke wilayah pertahanan. ''Peru bermain baik, mereka layak ke final,'' ucap gelandang Cile Gary Medel, dikutip dari ESPN, Kamis (4/7).

Medel mengakui ini merupakan kekalahan menyakitkan, di saat timnya bertekad mempertahankan gelar. Apalagi, timnya punya peluang mencetak gol di babak kedua. Namun sayang upaya Cile masih menemui kegagalan.

Sementara, kapten Peru Paolo Guerrero timnya telah bangkit usai dibantai Brasil 0-5 dalam laga pembuka. Sehingga ia kini menatap ambisi untuk menjadi raja di Copa America untuk pertama kalinya sejak 1975. Ia menilai timnya bermain dengan sangat baik dengan melakukan banyak pengorbanan untuk menang. ''Kami sangat bersemangat dan kami layak berada di final. Sekarang kami butuh istirahat dan berpikir soal Brasil. Itu akan menjadi final yang sangat sulit,'' kata Guerrero.

Peru akan menghadapi lawan berat, Brasil, dalam laga final yang digelar di Stadion Maracana pada Ahad (7/7) mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement