Jumat 12 Jul 2019 21:53 WIB

Pemerintah Perlu Tiru Dukungan ke Petenis Seperti Taiwan

Christo mengaku harus menempuh langkah berbelit untuk mendapatkan dukungan pemerintah

Petenis Christopher Rungkat berpose saat berkunjung ke Kantor Berita Antara, di Wisma Antara, Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Petenis Christopher Rungkat berpose saat berkunjung ke Kantor Berita Antara, di Wisma Antara, Jakarta, Jumat (12/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dinilai perlu belajar kepada Taiwan mengenai pola dukungan terhadap kiprah atlet tenisnya, demikian diungkapkan salah satu petenis nasional Christopher Rungkat. Hal itu, berkaca pada pengetahuan pendek Christo atas perlakuan yang diterima pasangan ganda putranya asal Taiwan, Hsieh Cheng-peng, yang mendapatkan dukungan cukup fleksibel dari pemerintah negaranya.

"Kalau berkaca dari Hsieh, pasangan ganda saya, tentu saya tidak tahu persis nominal dukungan yang diperoleh, namun sisi positifnya adalah pola dukungan mereka lebih fleksibel," kata Christo saat menyambangi redaksi Antara di Jakarta, Jumat.

"Karena dia juga bela negaranya di Asian Games, sehingga dukungannya jelas tapi lebih fleksibel di luar Asian Games," ujarnya menambahkan.

Di luar ajang multicabang seperti Asian Games atau SEA Games, Christo mengaku harus menempuh langkah berbelit untuk mendapatkan dukungan pemerintah. Antara lain pengajuan harus dilakukan jauh-jauh hari bahkan hitungan tiga bulan atau lebih.

"Padahal tenis itu sangat dinamis. Seumpamanya, saya kan juga tidak tahu pasti bakal main di French Open kemarin sebulan sebelum turnamen dimulai," katanya.

"Jadi card baru muncul 10 hari sebelumnya, dan kalau saya harus menunggu dukungan pemerintah, mungkin saya harus ajukan tiga bulan sebelumnya, itu sulit buat saya untuk mengikuti birokrasi semacam itu."

Christo berpikir mungkin ada solusi yang bisa ditempuh, yakni penunjukkan atau pewajiban BUMN untuk bukan saja menjadi ayah asuh cabang olahraga tertentu tapi langsung spesifik atletnya. BUMN mendukung untuk satu tahun penuh, dengan penjadwalan dan target tertentu, didukung 100 persen. Termasuk pelatih, timnya, pelatih fisik, fisioterapis dan sebagainya.

"Dengan cara itu lebih efisien dan enak, daripada harus menunggu lewat Menteri Pemuda dan Olahraga, penganggaran dan menanti-nanti pencairan, itu ribet dan perlu waktu yang lama," kata Christo.

Oleh karena itu, selama ini Christo jauh lebih terbiasa berjalan hampir sendirian dengan mencari sponsor jika memungkinkan daripada menanti dukungan pemerintah dalam perjuangannya menembus panggung tenis dunia. Christo dan Hsieh sebagai pasangan ganda putra baru saja tampil di putaran kedua French Open 2019 pada Juni dan putaran pertama Wimbledon 2019 sebulan berselang. Christo juga merumput di Wimbledon 2019 dalam nomor ganda campuran berpasangan dengan petenis Jepang Shuko Aoyama hingga putaran kedua.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement