REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota yang berhasrat menjadi menjadi tuan rumah Olimpiade akan lebih sulit terpilih pada masa mendatang. Sebab, ada tambahan kriteria penting yang menjadi pertimbangan. Selain kesiapan infrastruktur olahraga, calon tuan rumah pesta olahraga terakbar di dunia ini juga harus didukung warga kota tempat diselenggarakannya Olimpiade.
Ini disampaikan oleh Erick Thohir, salah satu anggota IOC Members, saat berbincang dengan Republika.co.id, Senin (15/7). Ia mengatakan warga kota calon tuan rumah Olimpiade diminta pendapatnya lewat referendum agar ajang akbar itu tidak dijadikan alat politik.
"Rapat IOC terakhir ada perubahan sistem pemilihan tuan rumah olimpiade. Salah satu yang paling menarik, nanti tuan rumah yang ingin mencalonkan, rakyatnya harus referendum. Ketika nanti Jakarta ingin menjadi tuan rumah akan ada referendum, benar tidak rakyat Jakarta mau adanya Olimpiade," jelasnya.
Erick yang juga sukses menjadi ketua panitia pelaksana Asian Games 2018 mengatakan, jika Jakarta mau menjadi tuan rumah Olimpiade, tak hanya bisa ditentukan oleh Gubernur Jakarta atau Presiden Indonesia. Jadi warga Jakarta akan dimintai pendapatnya, mau tidak kota tempat mereka tinggal menggelar Olimpiade.
"IOC tidak mau terjebak dalam politik. Misalnya saya mau jadi presiden, atau gubernur saya mau bawa Olimpiade ke Indoensia. Ini tidak diinginkan. Ini bicara seluruh dunia bukan hanya di Indonesia ya," kata dia menegaskan.
Ia mencontohkan pemilihan tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2026. Kota Milan (Italia) dan Stockholm (Swedia) mencalonkan sebagai tuan rumah. Hasil referendum mereka, Milan mendapat dukungan 83 persen, Stockholm 55 persen. Milan kemudian terpilih sebagai tuan rumah dalam keputusan yang muncul akhir bulan lalu. Namun, menurut Erick, hasil referendum bukan berarti calon tuan rumah otomatis pasti terpilih. "Ini hanya satu kriteria baru," ucapnya.