REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nomor ganda putra kembali menjadi penyelamat nama Indonesia di pentas bulu tangkis internasional. Setelah di Indonesia Open 2019 berhasil menciptakan All Indonesian Final di partai puncak, satu pekan kemudian berlanjut di ajang Japan Open 2019. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon kembali berjumpa seniornya Hendra Setiawan Mohammad Ahsan di partai final.
Menganggapi hasil yang digapai the Minions, julukan Kevin/Marcus, dan the Daddies, julukan Hendra/Ahsan, yang mampu dua kali secara beruntun melaju ke partai puncak turnamen level 1000 dan 750 BWF ini, serta hasil ganda putra lainnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) Achmad Budiharto mengaku senang, namun juga prihatin.
“Satu sisi kami senang dan mensyukuri hasil All Indonesian Final antara Minions vs Daddies, yang bisa tampil konsisten. Namun di sisi lain juga memprihatikan mengenai hasil yang digapai ganda putra lainnya Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang kandas di babak kedua Japan Open 2019,” ujar Budiharto kepada Republika.co.id, Senin (29/7).
Hasil yang dicapai Fajar/Rian ini, lanjut Budiharto, memprihatinkan. Hasil ini harus menjadi catatan khusus untuk pelatih maupun bidang pembinaan dan prestasi PB PBSI. "Harus ada evaluasi mendalam mengenai performa mereka yang tak bagus ini. Fajar/Rian padahal diharapkan jadi pelapis bagi Minions. Saya belum mendengar apa yang menyebabkan hasil kurang baik ini karena setelah dari Jepang, pemain ganda utama kita lanjut ke Thailand untuk mengikuti Thailand Open Turnamen level 500 BWF,” jelas dia
Thailand Open 2019, kata Budiharto, menjadi tantangan bagi Fajar/Rian untuk menunjukkan kemampuannya. "Apakah mereka sudah bisa kembali ke performa yang baik atau akan ada terapi khusus untuk mereka. Jadi kami akan evaluasi setelah melihat hasil dari Thailand nanti,” katanya.
Jonatan Christie
Selain ganda putra, Indonesia mampu meloloskan dua nomor lainnya di partai final Japan Open 2019. Tunggal putra melalui Jonatan Christie dan ganda campuran melalui Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Masuknya Jonatan ke final, lanjut Budiharto, menunjukkan si pemain sudah mulai stabil. “Jojo tidak jelek walau belum bisa kalahkan Momota, memang Momota bermain sangat baik di Jepang kemarin. Selain Jojo, Momota juga bisa mengalahkan tunggal kita lainnya, Anthony Ginting, melalui pertarungan alot tiga gim. Dia Sangat baik main di kandang sendiri.”
Menurut Budiharto, Anthony Ginting sudah maksimal saat melawan Kento Momota, hanya saja kalah sabar, terutama pada gim ketiga sehingga kalah 20-22. "Anthony harus bisa lebih konsisten lagi jika ingin mengalahkan Momota,” katanya.
Budiharto juga senang dengan keberhasilan ganda campuran lolos ke partai final. Sementara untuk kategori putri baik ganda dan tunggal masih belum menorehkan hasil yang baik. Untuk ganda putri Greysia Polii/ Apriyani Rahayu yang menjadi andalan Indonesia kembali dikalahkan pemain Korea Kim So-Yeung/Kong Hee Yong, setelah di pekan sebelumnya juga kalah di ajang Indonesia Open 2019.
“Sebetulnya Greysia/Apriyani bukan sedang menurun, tetapi memang pemain Korea sedang naik cukup drastis. Buktinya pasangan Korea ini bisa juara. Hebatnya lagi lawan-lawan yang dikalahkan pemain unggulan termasuk pemain tuan rumah,” jelas Budiharto.
Selanjutnya, ujar Budiharto, sejumlah pemain Indonesia akan bertanding di Thailand Open 2019. PBSI tidak merinci target di Thailand. “Seperti biasa kami selalu ingin maksimal termasuk di Thailand. Kami ingin bisa dapat poin sesuai yang diharapkan. Thailand masuk penilaian baik untuk Olimpiade 2020 maupun Final BWF di Guangzhou 2019.”
Jadi, kata Budiharto, sejumlah pemain top dunia termasuk dari Indonesia akan tampil di Thailand agar tidak kenal penalti. Ini karena ada persyaratan untuk pemain top ten agar ikut tiga kali BWF level 1000, empat kali level 750, serta lima kali level 500, supaya tidak kena pinalti. “Tunggal putra Jojo dan Ginting diistirahatkan. Mereka akan kami persiapkan untuk kejuaraan dunia. Karena sejauh ini poin mereka cukup aman untuk olimpiade maupun final BWF. Untuk mengirimkan pemain kami juga harus perhitungkan nilai.”