REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Persib Bandung kalah telak atas Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Selasa (30/7). Kekalahan 1-5 atas Arema FC tersebut diakui pelatih Persib, Robert Rene Alberts, sebagai kejadian pertama yang ia alami selama menjadi pelatih di Indonesia.
Kejadian bermula dari adanya teror saat oknum suporter menembakkan petasan saat Persib melakukan latihan resmi satu hari sebelum pertandingan. Setelahnya, Persib masih mengalami berbagai gangguan dari oknum suporter tersebut. Bahkan, Persib sempat akan kembali ke Bandung setelah merasa tidak aman dengan kejadian tersebut.
"Ketika kami mau kembali ke Surabaya, kami harus menunggu dua kali, bahkan pemain sudah ganti baju dua kali. Tapi ketika kami benar-benar berangkat kami malah terlambat," kata Robert di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Rabu (31/7).
Robert mengakui Persib sebenarnya akan membatalkan pertandingan kontra Arema karena khawatir kondisi pemain. Namun manajemen memberitahu bahwa lebih baik Persib tetap melanjutkan pertandingan dibandingkan mendapat hukuman berat. "Saya tidak ingin itu (hukuman) terjadi pada Persib. Pemain sudah cukup merasa ketakutan, jika mereka melakukan kesalahan, mereka dapat hukuman lagi," kata Robert.
Keputusan untuk Persib mau bermain diakui Robert adalah keputusan yang bagus. Sehingga, dia memaklumi dengan kekalahan telak yang diterima Persib. "Ketika kami selesai latihan resmi ada petasan mengarah ke bus. Semua lihat videonya, tapi tetap tidak ada proteksi, apakah kalian pikir dengan begitu pemain merasa aman? Staf merasa aman?"
Robert berharap kejadian tersebut akan menjadi yang terakhir di sepak bola nasional. Menurutnya, sepak bola seharusnya bisa dinikmati bersama-sama, bukan sebagai ajang kebencian.