REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Malam takbiran Idul Adha 1441 Hijriyah, Sabtu (10/8), menjadi momen yang tidak bisa dilupakan oleh pelatih sepak bola nasional Djadjang Nurdjaman. Malam itu, Persebaya Surabaya menjamu Madura United di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Laga tersebut berakhir imbang 2-2.
Sepulang dari stadion, Djanur, sapaannya, bertemu dengan manajer Persebaya Candra Wahyudi di Lobi Apartemen Marina, Surabaya. Pembicaraan terjadi. Ujungnya, terkuak keputusan menyesakkan dari manajemen: Djanur diistirahatkan.
Senyumnya mekar ketika menyambut kedatangan Republika.co.id ke kediamannya di Antapani, Kota Bandung, Selasa (13/8). Namun senyuman itu hilang ketika Djanur bercerita soal kejadian pemecatannya malam itu.
"Dari bus, habis main, saya belakangan masuk ke atas (kamar). Kemudian ketemu manajer di lobi, ya (diputus kontrak)," kata Djanur.
Setelah itu, Djanur bahkan tidak sempat berpamitan pada pemainnya. Kadung emosi dan kecewa, usai shalat Idul Adha, Djanur bergegas pulang ke Bandung.
Dia mengakui, perpisahan dengan pemain Bajul Ijo hanya dilakukan melalui pesan singkat. Djanur mengaku tidak menyangka soal keputusan manajemen tersebut.
"Kalau lihat gaya manajer memang seperti itu, dia lebih banyak memberi ultimatum pada pemain. Tidak pernah khusus ke saya untuk mengobrol soal evaluasi pelatih," kata Djanur.
Djanur melihat ke belakang kiprah tim polesannya sepanjang kompetisi musim ini. Menurutnya, posisi Persebaya masih aman dari para pesaing. Persebaya kini berada di urutan tujuh klasemen sementara Liga 1 dengan empat kali kemenangan dan tiga kali kekalahan. Bersama Barito Putera, Persebaya menjadi raja imbang dengan hasil enam kali seri.
"Memang belum sesuai harapan. Kami tidak pernah jelek soal main, hasil yang memang kurang memuaskan," kata Djanur.
Namun, Djanur bukan tak mau disalahkan. Ia menyadari kekeliruannya soal perekrutan tiga pemain asing, Damian Lizio, Manuchekhr Dzhalilov, dan Amido Balde. Mantan pelatih Persib ini tergoda oleh CV ketiga pemain asingnya. Tanpa menguji terlebih dahulu, Djanur memberikan lampu hijau kepada majamene untuk merekrut ketiganya. Nyatanya, ekspektasi Djanur jauh dari realita yang ada. Padahal, Djanur sudah mempersiapkan pergantian pemain untuk paruh kedua nanti.
"Jujur, kualitas pemain asing. Mereka tidak membantu tim. Pemilihan pemain memang pada saya. Kelemahannya memilih pemain yang baru datang ke Indonesia ya itu, dapat informasi, dilihat di video," kata Djanur yang hanya bisa menjadikan ini sebagai pengalaman ke depan.
Pelatih kelahiran Majalengka ini mengakui punya firasat evaluasinya akan dilakukan ketika Persebaya bertemu Arema pada Kamis (15/8). Ternyata perkiraannya meleset, evaluasi dilakukan lebih cepat. Ia diberhentikan. Meskipun tidak bisa mendampingi, Djanur yakin Persebaya mampu bangkit.
"Tetap saya dukung Persebaya, apalagi sudah bertahun-tahun belum bisa ambil poin di sana. Mudah-mudahan bisa menang," katanya.
Kini, Djanur sedang menikmati masa liburannya. Rencana Allah, ujar Djanur, ada di balik pemecatannya. Sekarang, Djanur bisa memiliki banyak waktu dengan keluarganya.
"Anak saya dari Italia datang tanggal 15 ini. Rencana awalnya memang mau ke Surabaya, tapi sudah seperti ini saya jadi lebih banyak waktu untuk keluarga," kata Djanur.