REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Aksi rasisme kembali terjadi di dunia sepak bola. Kali ini gelandang Manchester United (MU), Paul Pogba menjadi korban perilaku tak terpuji itu.
Cerita bermula usai laga United kontra Wolverhampton Wanderers pada pekan kedua Liga Primer Inggris, Ahad (18/8) malam WIB. Laga berkesudahan 1-1. Sebenarnya MU berpeluang unggul.
Pada menit ke-68, Iblis Merah mendapat hadiah penalti. Pogba dijatuhkan di kotak terlarang. Penggawa tim nasional Prancis tersebut menjadi algojo.
Apes bagi eks Juventus itu. Tendangannya mampu dimentahkan kiper Wolves, Rui Patricio. Siapa sangka, kegagalan pemain berdarah Ghana ini berbuntut panjang.
Ada beberapa penggemar United kecewa dan melampiaskan kekecewaan tersebut dengan menghina Pogba lewat media sosial (medsos). Meski tak semuanya, situasi ini menimbulkan keresahan.
Pihak MU merespon. Pemilik Stadion Old Trafford mengecam oknum yang melakukan perilaku rasisme itu. "Manchester United tidak menoleransi apa pun bentuk rasisme atau diskriminasi," demikian pernyataan di Twitter resmi United, Rabu (21/8).
Dukungan mengalir untuk Pogba. Para penggawa Iblis Merah turut mengecam aksi negatif untuk rekannya itu. Kiper MU David De Gea bersuara.
Lewat Twitter, penjaga asal Spanyol menegaskan, tak ada tempat bagi perilaku rasisme dalam dunia sepak bola. Ia mencoba berada di sisi Pogba. Ia membicarakan hal ini tidak hanya sebagai teman, tapi dalam kapasitas sebagai kapten dan olahragawan.
Marcus Rashford tak ketinggalan. Ia menegaskan Manchester United adalah keluarga. Pogba bagian dari keluarga tersebut. Siapa yang menyakiti Pogba, berarti melukai semuanya.
Bek anyar MU, Harry Maguire meminta pihak berwenang melakukan sesuatu. Dalam arti, otoritas yang menangani medsos agar menertibkan setiap akun. Orang-orang yang kedapatan melakukan tindakan tak terpuji, menurutnya, harus diblokir akunnya.