REPUBLIKA.CO.ID, CAGLIARI -- Inter Milan terus melanjutkan tren positif pada ajang Serie A. Inter menundukkan Cagliari 2-1 pada laga pekan kedua di Sardegna Arena, Cagliari, Senin (2/9) dini hari WIB.
Sejak awal, pelatih Inter Antonio Conte telah memperingatkan anak asuhnya seputar daya ledak kubu lawan. Perkiraan Conte jadi kenyataan, armada Gli Isolani memberi Nerazzurri kesulitan. Beruntung Inter mampu mengatasi tantangan tersebut.
"Ini pertandingan yang berbeda dibandingkan ketika menang melawan Lecce. Saya telah memperingatkan semua pemain, ini akan menjadi laga yang sulit," kata Conte dalam konferensi pers, dikutip dari Football Italia.
Ia tidak peduli jika dinilai terlalu menuntut. Menurut eks arsitek Chelsea itu, pasukan La Benemata masih perlu berbenah. Namun, tetap saja, ia angkat jempol untuk usaha anak asuhnya.
"Kami senang bisa menang di arena yang sulit ini," ujar Conte.
Dalam laga ini, Inter unggul terlebih dahulu melalui tandukan Lautaro Martinez pada menit ke-27. Sundulan Joao Pedro lima menit setelah babak kedua dimulai membuat kedudukan menjadi 1-1.
Pada menit ke-72, Nerazzurri memimpin lewat penalti Romelu Lukaku. Penggemar Cagliari diduga melalukan aksi rasialisme pada Lukaku yang berkulit hitam.
Conte mengecam perlakuan tak pantas tersebut. Ia meminta pendukung sepak bola di negerinya meningkatkan sikap respek kepada semua orang.
"Ketika saya bekerja di luar negeri, para penggemar akan bersorak untuk timnya. Mereka tidak menghabiskan waktu untuk menghina pemain lawan," ujar Conte.
Italia masih lekat dengan aksi rasialisme. Cagliari termasuk juaranya karena beberapa pemain kulit hitam pernah merasakan diperlakukan tak layak di Sardinia.
Eks penyerang Juventus Moise Kean juga mendapat sorakan seperti yang dialami Lukaku dari pendukung Cagliari. Pada musim sebelumnya, gelandang Juventus Blaise Matuidi mengaku pernah mendapatkan perlakuan serupa. Mantan gelandang Pescara, Sulley Muntari juga mengklaim telah menjadi sasaran rasialisme oleh para penggemar Cagliari.