REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengakui insiden ricuh suporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (5/9), berdampak kepada pencalonan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021.
"Kejadian yang kami sayangkan itu sedikit banyak pasti memengaruhi pencalonan. Mudah-mudahan dampaknya tidak terlalu besar," kata Kepala Hubungan Media dan Promosi Digital PSSI Gatot Widakdo di Jakarta, Ahad (8/9).
Menurut Gatot, demi menekan pengaruh peristiwa itu terhadap pencalonan tuan rumah Piala Dunia U-20 2021, PSSI akan memberikan penjelasan kepada FIFA. Setelah itu, PSSI hanya bisa pasrah menunggu keputusan badan sepak bola dunia itu, termasuk soal sanksi akibat keributan tersebut.
"Kami menunggu apa pun kebijakan FIFA. Sekali lagi, semoga impact-nya tidak besar," tutur Gatot.
Indonesia menjadi salah satu calon tuan rumah Piala Dunia U-20 edisi 2021. Indonesia bersaing dengan Peru dan Brasil.
Kericuhan di SUGBK terjadi saat Indonesia menghadapi Malaysia dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menyatakan bahwa pendukung timnas Malaysia diintimidasi suporter Indonesia dari sebelum, selama, dan setelah pertandingan. FAM telah melaporkan kejadian itu kepada FIFA dan AFC.
Laga itu bahkan sempat terhenti selama sekitar 10 menit pada babak kedua karena suporter Indonesia masuk ke lintasan lari di tepi lapangan. Kemasan minuman dan bom asap juga dilemparkan kepada pendukung timnas Malaysia.
Setelah laga, suporter Malaysia harus berlarian menyelamatkan diri dari lemparan-lemparan itu. Pendukung Indonesia juga diketahui bentrok dengan polisi di luar SUGBK beberapa saat setelah pertandingan selesai. Pemerintah Indonesia melalui Menpora Imam Nahrawi telah meminta maaf langsung kepada pemerintah Malaysia melalui Menpora Syed Saddiq, atas insiden suporter itu.